SERIKATNEWS.COM – Aktivis muda, Bung Ryan, mengecam pernyataan Menteri Koordinator Bidang Hukum dan HAM, Yusril Ihza Mahendra, yang menyatakan bahwa tragedi 1998 bukan merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat. Pernyataan Yusril yang dibuat pada hari pelantikannya pada 21 Oktober 2024 tersebut menimbulkan kontroversi di kalangan aktivis HAM dan keluarga korban.
Dalam wawancara dengan media, Ryan mengekspresikan kekecewaannya terhadap ucapan Yusril. “Sangat disayangkan pernyataan Bapak Yusril. Aksi Kamisan telah berjalan selama 836 minggu, tetapi perhatian terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM masih minim. Ucapan seperti ini justru menyakitkan bagi kami,” ujarnya, merujuk pada gerakan damai Aksi Kamisan yang dilakukan setiap Kamis di depan Istana Negara.
Aksi Kamisan yang dimulai pada 18 Januari 2007 melibatkan keluarga korban pelanggaran HAM dan aktivis yang menuntut keadilan. Mereka menggunakan pakaian dan payung hitam sebagai simbol duka serta harapan akan keadilan.
Gerakan ini bertujuan untuk mendesak pemerintah agar menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM berat, termasuk tragedi 1998 yang menewaskan banyak jiwa.
Yusril menyatakan bahwa tidak ada kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia dalam beberapa puluh tahun terakhir. Menurutnya, pelanggaran HAM berat lebih berkaitan dengan genosida dan ethnic cleansing, yang terjadi pada masa kolonial dan awal kemerdekaan.
Pernyataan ini bertentangan dengan sikap Presiden Joko Widodo, yang mengakui adanya 12 peristiwa pelanggaran HAM berat dalam sejarah Indonesia dan berkomitmen untuk menyelesaikannya melalui pendekatan non-yudisial, termasuk memberikan bantuan kepada korban dan keluarganya.
Di samping itu, Bung Ryan juga menanggapi isu bahwa dirinya sedang diincar untuk bergabung dengan PDI Perjuangan. “Kita lihat dulu dinamika politiknya. Namun, saya tegaskan bahwa Aksi Kamisan adalah gerakan murni untuk memperjuangkan HAM, dan kami tidak ingin gerakan ini dipolitisasi,” katanya.
Kritik dari Bung Ryan mencerminkan kekecewaan yang mendalam dari kalangan aktivis muda yang merasa bahwa pernyataan Yusril mengabaikan sejarah kelam Indonesia dan suara para korban yang masih menuntut keadilan. Aksi Kamisan, yang telah berlangsung lebih dari 16 tahun, tetap menjadi simbol perjuangan untuk hak asasi manusia di Indonesia.
Pernyataan Ryan ini juga menunjukkan pentingnya kepekaan pejabat publik dalam menyikapi isu-isu sensitif yang berkaitan dengan sejarah dan HAM. “Kami berharap para pemimpin dapat lebih hati-hati dalam berkomentar mengenai isu-isu HAM, agar tidak memperburuk situasi yang sudah ada,” tutup Ryan.
Jurnalis Serikat News Sumenep, Jawa Timur
Menyukai ini:
Suka Memuat...