GELARAN acara pariwisata idealnya memenuhi nilai dan norma yang berlaku di suatu masyarakat. Jenis acara pariwisata yang digelar bukan saja berdasarkan kuantitas berapa banyak kegiatan acara pariwisata, tetapi juga akan lebih berarti diutamakan kualitas kegiatan yang diselenggarakan. Mengutamakan kualitas dari setiap rangkaian kegiatan pariwisata merupakan tanggung jawab moral penyelenggara kegiatan pariwisata terkait.
Melalui kualitas yang diberikan oleh penyelenggara kegiatan diharapkan masyarakat selaku penikmat acara pariwisata memiliki kepuasan tersendiri. Gelaran acara pariwisata yang berkualitas merupakan cerminan kemampuan pihak penyelenggara mengelolah dengan profesional dan transparan, terlebih suatu gelaran acara pariwisata didanai dari anggaran negara.
Momen kegiatan Calendar Of Event (COE) digadang-gadang sebagai gelaran acara pariwisata untuk meningkatkan Kabupaten Sumenep ke arah yang lebih baik. Dua tahun sudah gelaran COE terselenggara dengan jumlah kegiatan yang terus bertambah. Berawal tahun 2023 dengan 57 event, tahun 2024 dengan rencana total 104 event serta rencana gelaran COE tahun 2025 sebanyak 110 event.
Gelaran COE dirancang dengan konsep Pentahelix yang melibatkan lima unsur, yakni pemerintah, komunitas, pengusaha, pendidikan dan media. Pelibatan beberapa unsur merupakan upaya menjadikan COE sebagai program andalan promosi Kabupaten Sumenep.
Semakin meningkatnya jumlah kegiatan yang dicanangkan pada COE dari tahun ke tahun menunjukkan pelaksanaan kegiatan COE hanya berorientasi pada kuantitas, bukan pada kualitas. Apabila orientasinya hanya pada kuantitas, maka tidak menutup kemungkinan kegiatan yang terselenggara tidak melalui proses yang selektif atau bahkan tidak inovatif. Banyaknya kuantitas yang ingin dicapai pada gelaran COE mendorong beberapa kegiatan yang terselenggara ada karena mengikuti popularitas kegiatan yang sedang berlangsung. Mengikuti penyelenggaraan kegiatan yang sedang popular atau sedang menjadi trend secara tidak langsung menunjukkan budaya latah agar mendapat pengakuan dari pihak lain.
Begitu juga terselenggaranya kegiatan yang tidak selektif telah menunjukkan betapa mudahnya pihak-pihak yang memiliki wewenang struktural mudah dipengaruhi oleh segelintir orang atau kelompok untuk memberikan dukungan tertentu agar acara yang dimaksud bisa terselenggara. Budaya latah agar mendapat pengakuan dan sikap tidak selektif serta tidak inovatif telah menunjukkan munculnya gejala hedonisme pada masyarakat yang dimunculkan oleh kebijakan pemimpin, terlebih pemimpin yang mementingkan egonya sendiri demi mencapai kesenangannya sendiri.
Perlu adanya sikap mencegah atau bahkan meminimalisir gejala-gejala hedonisme pada masyarakat agar tidak menjadi jeratan yang hanya mengejar kesenangan sesaat saja. Kesadaran dan sikap kritis dari masyarakat menjadi kunci utama untuk mencegah gejala-gejala hedonisme dari kebijakan-kebijakan pemimpin yang semakin menjerumuskan pada dunia hedonisme.
Bukankah sejatinya gelaran kegiatan yang baik itu tidak sebatas pada tontonan semata, tetapi juga terdapatnya nilai-nilai tuntunan bagi masyarakat agar lebih beradab. Momen pilkada Sumenep 2024 merupakan momen yang tepat untuk menggugah kesadaran dan sikap kritis masyarakat memilih pemimpin yang tidak menjerumuskan masyarakat Sumenep pada dunia hedonisme.
Dosen Ilmu Politik dan Peneliti Lepas
Menyukai ini:
Suka Memuat...