SERIKATNEWS.COM – Nadya Alfi resmi mendaftar sebagai calon Ketua Korps PMII Puteri untuk periode 2024-2027. Proses pendaftaran dilakukan di Kantor PB PMII, Jalan Salemba Tengah, Jakarta Pusat, pada hari Jumat, 14 Juni 2024.
Saat ini, Nadya Alfi Roihana menjabat sebagai Wakil Sekretaris Bidang Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan KOPRI PB PMII untuk periode 2021-2024. Nadya merupakan kader potensial dari Cabang Kota Bandung, Jawa Barat.
Dalam visi yang dibawanya, Nadya menegaskan keyakinannya akan peran krusial Kopri sebagai organisasi perempuan dalam kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Dengan fondasi yang telah dibangun sebelumnya, ia yakin bahwa Kopri dapat melangkah maju, berakselerasi, dan kuat di masa depan, dengan nilai-nilai luhur Ahlussunnah Wal Jama’ah dan Pancasila sebagai pedoman utama.
Menyongsong masa depan yang lebih baik, Nadya Alfi mengusung visi “Wujudkan Kopri Maju” yang akan diterapkan pada periode mendatang. Visi ini didukung oleh sembilan misi yang disebut “9 Japan Ideologis”, yang mencakup berbagai langkah konkret untuk mencapai kemajuan Kopri.
Strategi pengembangan Kopri yang diusung oleh Nadya menetapkan empat pilar penting: kerja organisasi, kerja politik, kerja sosial, dan kerja ekonomi. Pilar-pilar ini bekerja bersama untuk membentuk kader dan anggota Kopri yang kompeten, kritis, dan peduli terhadap masyarakat. Melalui dedikasi tersebut, Kopri terus berperan aktif dalam membangun bangsa dan negara yang lebih baik dan bertransformasi.
Tentu, dalam upayanya memperkuat kelembagaan, Kopri menghadapi sejumlah tantangan signifikan. Menurut Nadya, salah satu tantangan utama adalah distribusi kuantitas kader yang berbentuk piramida.
“Semakin tinggi tingkat kepengurusan, jumlah kader semakin berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa angka kaderisasi lebih tinggi dibandingkan tingkat keterlibatan dan keaktifan kader,” jelas Nadya.
Tantangan lainnya termasuk tidak adanya sistem dukungan untuk mengaktualisasikan potensi kader, kurangnya daya tarik organisasi, dan ketiadaan panduan organisasi serta pendidikan yang komprehensif.
“Generasi Z, yang mendominasi kader Kopri, tentu ini memiliki karakteristik dan ekspektasi yang berbeda dari generasi sebelumnya, yang mempengaruhi perilaku, sikap, dan nilai-nilai mereka dalam berorganisasi,” ungkap Nadya. Untuk itu, Kopri perlu merancang intervensi yang tepat agar organisasi tetap efektif dan efisien dalam menghadapi dinamika generasi baru ini.
Tantangan ketiga terkait dengan ideologi Aswaja dalam tubuh Kopri. Nadya menjelaskan bahwa Aswaja sebagai Manhaj Al-Fikr Wal Harokah dapat menjadi pedang bermata dua.
“Di satu sisi, ideologi ini bisa mendelegitimasi gerakan perempuan, namun di sisi lain, dapat memperkuat kajian-kajian gender. KOPRI perlu mengartikulasi nilai-nilai Aswaja sebagai dasar kebijakan dan gerakan organisasi secara praksis,” katanya.
Potensi keilmuan dan keahlian kader Kopri yang besar dan variatif menjadi tantangan keempat. Nadya menekankan pentingnya Kopri untuk meningkatkan kemampuan kelembagaan dalam pengembangan keahlian kader agar potensi tersebut dapat memberikan manfaat lebih luas.
Manajemen Kopri juga menghadapi tantangan besar, menjadi tantangan kelima. “Struktur besar Kopri belum sejalan dengan produktivitas organisasi. Pendataan keanggotaan dan pengarsipan dokumen penting secara nasional sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan yang lebih akurat,” ujar Nadya.
Tantangan keenam adalah ketiadaan aturan hukum yang mengatur mekanisme pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual. Meskipun nilai keadilan gender diakui, hukum yang ada belum mencakup seluruh dinamika yang terjadi, membuat proses pencegahan dan penanganan kasus tidak efektif.
Di era disrupsi teknologi, adaptasi terhadap digitalisasi dan AI menjadi tantangan ketujuh. Nadya menegaskan bahwa Kopri harus meningkatkan kesadaran teknologi agar dapat mempercepat kerja organisasi baik secara internal maupun eksternal.
Tantangan kedelapan adalah fokus isu Kopri yang belum terdefinisi dengan baik dan masih terpengaruh oleh tren eksternal. Kopri perlu menentukan isu pokok yang menjadi konsentrasi setiap level kepengurusan untuk membangun konektivitas, kolektivitas, dan solidaritas.
Terakhir, Kopri cenderung abstain dalam konsolidasi pengetahuan dan gerakan dengan kelompok eksternal yang memiliki tujuan kesetaraan dan keadilan. Nadya menekankan pentingnya kolaborasi dengan organisasi lain, baik nasional maupun Kopri, untuk memperkuat gerakan KOPRI secara berkelanjutan untuk Mewujudkan Kopri yang Maju.
Untuk diketahui, Kongres PMII XXI akan digelar di Palembang, Sumatera Selatan. Pelaksanaannya akan berlangsung dari tanggal 12 hingga 14 Agustus 2024.
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...