SERIKATNEWS.COM – Virus SarsCov 2 sebagaimana virus lainnya, bisa jadi akan selamanya ada di dunia. Lalu, sampai kapan kerumunan dilarang? Mau sampai kapan seniman terusir dari panggungnya? Sampai kapan pengamen harus gantung gitarnya?
Hidup terus berjalan. Para seniman butuh makan. Rakyat juga butuh hiburan. Membangun panggung virtual bukan hal mudah. Apalagi buat pengamen jalanan. Sebagaimana artikel yang ditulis Hariadhi, dikutip dari Seword, pendapatan panggung virtual itu dari iklan online.
Misalnya memanfaatkan akun YouTube untuk konser live. Agar memperolah keuntungan iklan, maka butuh jutaan subscriber. Tidak semua seniman punya akun YouTube dengan jutaan subscriber. Alternatifnya, sewa channel YouTube punya artis atau influencer.
Tetapi bukan itu saja masalahnya. Bikin acara live di Youtube juga butuh berbagai perangkat yang mendukung kualitas gambar dan suara, serta quota data untuk streaming. Sementara itu, beberapa pihak khawatir apabila para seniman jalanan kembali di jalanan, ngamen dari warung ke warung, akan merugikan banyak pihak. Meskipun protokol kesehatan diterapkan, dikhawatirkan mereka tidak disiplin.
Seperti dikatakan Maria Mey, masih dalam artikel Hariadhi, ia khawatir jika para seniman jalanan kembali keliling di jalanan, orang-orang akan takut dan terganggu karena khawatir berisiko pada penyebaran virus COVID-19. Hal senada disampaikan oleh Eko Kuntadhi melalui akun Facebook-nya. Ia mulai berpikir untuk menghindari pengamen, was-was jika berjumpa dengan pengamen yang tidak pakai masker lalu bernyanyi di dekatnya tanpa jaga jarak.
Eko berpikir bahwa orang lain juga mengkhawatirkan hal yang sama. Hal ini akan menjadi ancaman warung makan pinggir jalan yang banyak pengamennya; pembeli akan menghindarinya dan enggan untuk datang.
Apakah benar masyarakat harus bersikap separno itu? Haruskah para pengamen berpuasa hingga vaksin tersedia?
Menurut dokter Agni B Sugiyatmo, tingkat penularan COVID-19 sudah bisa dikendalikan. Seperti kata BNPB, 80 persen adalah kasus asimtomatis. Pemerintah juga sudah mengizinkan perkumpulan massa 100 orang atau kurang.
Selain itu, dokter Alexander Siagian menyampaikan, berkumpul tanpa protokol kesehatan tidak masalah asalkan seluruh audiens dipastikan bebas COVID-19 berdasar rapid test dan PCR.
Merujuk pendapat dua dokter itu, masyarakat sebenarnya sudah tidak perlu khawatir lagi jika seniman kembali ngamen saat ini. Baik itu ngamen di atas panggung besar maupun di jalanan.
Ngamen di atas panggung besar lebih mudah menata dan menerapkan protokolnya. Pilihannya bisa lakukan test COVID-19 kepada calon audiens, jaga jarak, pakai masker atau kombinasi ketiganya.
Untuk pengamen jalanan, pakai masker tentunya dapat mengganggu kualitas suara. Pilihannya adalah jaga jarak atau bisa juga memakai face shield.
Kontributor Serikat News Batam