SERIKATNEWS.COM – Festival Desa Wisata 2024 yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Sumenep cukup meriah. Hal itu dibuktikan dengan keikutsertaan semua Kecamatan di Kabupaten Sumenep baik daratan maupun kepulauan.
Setiap kecamatan menonjolkan ciri khas kedaerahannya dalam pagelaran Festival Wisata Desa yang berlangsung di sebelah timur areal Taman Potre Koneng Sumenep (Taman Bunga). Tak terkecuali Kecamatan Guluk-Guluk yang hadir melalui unjuk Wisata Goa Payudan, sejarah Desa Bragung, sebagai bagian dari penguasa ke-8 Kabupaten Sumenep.
Sejarah Asta Desa Bragung
Bragung merupakan nama salah
satu desa di Kecamatan Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep. Wilayah ini tepatnya berada di ujung utara pusat pemerintahan Kecamatan Guluk-Guluk. Di abad 14 Masehi,
wilayah ini pernah menjadi pusat
pemerintahan Keadipatian Sumenep.
Secara geografis, Desa Bragung
berada di antara lembah perbukitan
tepatnya di sebelah timur Gua Payudan.
Kondisinya cukup subur dan makmur,
sehingga sangat cocok sekali untuk dijadikan sebagai pusat pemerintahan
saat itu. Maka tak heran jika Pangeran
Nataningrat atau yang bergelar
Pangeran Bragung bertahta dan
memusatkan pemerintahannya di sana,
sehingga kawasan itu disematkan
kepada Sang Pangeran.
Dalam deretan daftar nama Raja-Raja
Penguasa Sumenep, Pangeran Bragung
merupakan penguasa Sumenep ke-8,
menggantikan sang kakak yaitu Pangeran Bukabu. Keduanya merupakan putra dari Pangeran Mandaraga atau Raden Piturut.
Dahulu, Pangeran Natapraja alias
Pangeran Bukabu membangun pusat
Pemerintahannya di wilayah bernama
Bukabu yang secara administratif masuk
wilayah Ambunten. Selama kurang
lebih 9 tahun memerintah dan pada
akhirnya Sang Pangeran wafat.
Meski dalam catatan Pararaton Sumenep, Pangeran Bukabu memiliki dua orang putra, yakni Pangeran Astamana dan Pangeran Andasmana, namun yang menggantikan pemerintahannya adalah Pangeran Nataningrat alias Pangeran Bragung. Sebab, kedua pangeran muda tersebut memilih jalan untuk hijrah keluar dari tembok keraton Bukabu guna kepentingan dakwah di tanah Parangpong.
Pangeran Nataningrat memindahkan pusat pemerintahannya di kawasan Bragung yang masa sebelumnya berada di kawasan Bukabu. Dalam Pararaton catatan Sumenep, Pangeran Nataningrat yang bergelar Pangeran Bragung memerintah pada tahun 1348 sampai dengan tahun 1358 Masehi.
Saat ini bekas keraton Bragung senasab dengan dua keraton sebelumnya, yakni keraton Bukabu dan Mandaraga yana sama-sama tidak ditemukan jejaknya. Hanya sebuah Pusara Kuno yang diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai peristirahatan terakhir Sang Pangeran Bragung. meski kesitusannya mulai pudar karena telah dilakukan pemugaran.
Dalam Babad Songennep, pangeran
Bragung mempunyai putri bernama
Endang Kelengan bersuamikan
Bramakanda alias Pangeran
Secodiningrat, penguasa Sumenep
yang memerintah di kawasan Benasare,
Kecamatan Rubaru, Sumenep. Dari
pernikahannya Endang Kelengan
dikaruniai seorang putra bernama
Agung Rawit atau Wagung Rukyat.
Agung Rawit atau Wagung Rukyat juga
menjadi penguasa Sumenep dan
beristrikan Raden Ayu Dewi Sarini, Putri
dari Pangeran Bukabu. Dari pernikahannya tersebut lahirlah Raden Ayu Saini atau yang dikenal dengan sebutan Potre Koneng, ibunda dari Jokotole, tokoh agung yang sangat melegenda dalam lembaran sejarah Sumenep.
Asta pangeran Bragung nyaris sama
dengan asta ayahandanya, Pangeran
Mandaraga yang berukuran tak lazim
dengan ukuran makam-makam lain
pada umumnya. Asta pangeran Bragung
panjangnya sekitar 3 meteran. Sementara asta Pangeran Mandaraga lebih panjang lagi. Asta ini sudah mengalami pemugaran total dan hanya tinggal nisan tak berprasasti yang
bisa dikatakan asli atau original.
Jurnalis Serikat News Sumenep, Jawa Timur
Menyukai ini:
Suka Memuat...