SERIKATNEWS.COM – Dewan Pengurus Pusat Persatuan Mahasantri Indonesia (PMSI) kembali menggelar webinar nasional dengan tema “Guru dan Santri Sebagai Pelopor Moderasi Beragama di Lingkungan Pesantren dan Masyarakat.” Acara tersebut digelar secara online via Zoom Metting dan offline di Hotel Merapi Merbabu Kota Bekasi, Sabtu 9 Oktober 2021.
Hal ini mendapat banyak apresiasi dari berbagai kalangan. Baik dari instansi pemerintah maupun organisasi di Kota Bekasi.
Hadir ke acara tersebut kurang lebih 300 peserta (offline dan online). Terdiri dari para santri dan mahasiswa yang bergabung di DPP FKMTHI, IPNU, IPNU, dan lainnya.
Ketum DPP PMSI, Moh Khairi mengatakan dalam sambutannya, webinar ini digelar dalam rangka membangun persatuan antar umat beragama demi terjalinnya hubungan yang humanis dan harmonis serta kerukunan antar etnis dan beragama.
“Kita sama-sama berlomba dalam menjaga kesatuan republik ini, dan sama-sama mengampanyekan nilai-nilai agama yang moderat pada kehidupan kita sehari-hari. Kita hidup di lingkungan yang beragam harus inklusif ke luar dan eksklusif ke dalam, dalam artian, tegas pada pendirian kita namun tidak keras pada yang tidak sepaham dengan kita,” tegas Khairi.
“Mari, kita tampakkan wajah islam yang santun dan mendamaikan, bukan sebaliknya,” pungkas Khairi.
M. Adi selaku Ketua Harian DPP PMSI dan mantan Wakil Presma UIN Jogja menuturkan santri merupakan salah satu ujung tombak bagi kemerdekaan negara ini. Hal itu dibuktikan dengan Resolusi Jihad 22 Oktober 1945. Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari sebagai komando tertinggi Laskar Hizbullah menginstruksikan Laskar Hizbullah dari berbagai penjuru memasuki Surabaya untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan dengan satu sikap akhir, menolak menyerah. KH Abbas Buntet Cirebon diperintahkan memimpin langsung komando pertempuran.
Para komandan resimen yang turut membantu Kiai Abbas antara lain Kiai Wahab (KH. Abd. Wahab Hasbullah), Bung Tomo (Sutomo), Cak Roeslan (Roeslan Abdulgani), Cak Mansur (KH. Mas Mansur), dan Cak Arnowo (Doel Arnowo). Bung Tomo melalui pidatonya yang disiarkan radio membakar semangat para pejuang dengan pekik takbirnya untuk bersiap syahid di jalan Allah SWT.
Itu merupakan Blbukti Sejarah nyata yang telah dilakukan oleh santri dan kiai untuk menghilangkan penjajahan di Bumi Pertiwi ini. Bahkan ke depan tantangan mahasantri akan lebih pelik lagi. Oleh sebab itu, santri harus bisa menjadi salah satu arus utama tonggak kemajuan peradaban bangsa.
“Slogan kiai Hasyim Asy’ari pernah bertutur bahwa Mukhafadhat ‘ala Qodimis Sholih wal Akhdu bil Jadidil Ashlah (memelihara tradisi lama yang baik dan bertransformasi dengan tradisi baru yang lebih baik), harus hadir dalam langkah nyata,” pungkas Adi.