Heavy Metal Presiden
Bukan rahasia umum kalau Presiden ke 7 Republik Indonesia, Joko Widodo merupakan penggemar lagu-lagu cadas yang dibawakan oleh grup-grup metal seperti Metallica, Megadeth, Lamb of God hingga band-band asal negeri sendiri seperti Seringai, Burger Kill hingga Slank. Musik cadas seperti itu sangat identik dengan personal yang keras dan teguh dalam pendirian karena tercermin dari lirik-lirik lagu-lagu tersebut yang biasanya berisisikan kritik social dan juga kemarahan terhadap suasana di lingkungan sekitar seperti kritik terhadap perang, kerusakan lingkungan dan isu-isu social lainnya.
Tak terkecuali kepada Presiden Joko Widodo, dibalik wajah ramah dan penuh senyum tersebut ternyata ada ketegasan dan kepribadian yang keras dalam memimpin. Kita bisa melihat bagaimana dirinya dikritik ketika memilih Menteri-menteri yang membantunya dalam menjalankan roda pemerintahammya. Misalnya bagaimana Jokowi dikritik ketika memilih Menteri nyentrik Susi Pudjiastuti untuk memimpin Kementerian Kelautan dan Perikanan karena dianggap tidak memenuhi kriteria baik karena penampilan maupun pendidikan formalnya. Namun kritikan tersebut diabaikan dan ternyata bisa dijawab dengan kinerja yang cukup baik. Dan Jokowipun tak ragu untuk mengganti menteri menteri yang dianggap tidak mampu mengikuti rytme kerjanya.
Jokowi dan sepak bola Heavy Metal ala Jurgen Kloop
Slogan Presiden Jokowi “Kerja Kerja Kerja” dapat disamakan dengan “Heavy Metal Football” ala Jurgen Klopp dalam dunia sepakbola saat ini, bagaimana para menteri dalam kabinet kerja harus mampu bekerja maksimal tanpa mengenal lelah, hal ini menurut penulis dapat disandingkan bagaimana para pemain Liverpool di lapangan yang berlari kesana-kemari tanpa mengenal lelah merebut bola dari kaki lawan, bisa jadi slogan tersembunyi dalam heavy metal football ala Jurgen Klopp adalah “Kejar Kejar Kejar”. Kita bisa melihat bagaimana persentase penguasaan bola yang sangat tinggi dalam setiap pertandingan Liverpool.
Pada awalnya memang terlihat agak sulit bagi Jokowi maupun Jurgen Klopp dalam memimpin karena pemain-pemain (birokrasi) yang terbiasa dengan cara lama. Namun berlahan keduanya bisa membangun sebuah tim yang solid. Bagaimana pemerintahan Jokowi membangun infrastruktur diseluruh negeri hingga hasilnya mulai dirasakan oleh masyarakat Indonesia dari Aceh hingga Papua dapat disamakan dengan bagaimana Jurgen Klopp membangun kolektivitas tim hingga Sadio Mane, Roberto Firmino dan Mohamed Salah menjadi salah satu Trisula penyerang yang paling ditakuti di eropa bahkan dunia saat ini.
Salah satu hal yang membuat Jokowi maupun Jurgen Klopp dapat melakukan ini adalah karena tidak adanya beban. Jokowi tidak memiliki beban sejarah ataupun politik masa lalu yang kelam sehingga bisa memimpin dengan tulus dan sehingga Rumah Gerakan 98 juga tak ragu menyebut Jokowi sebagai Anak Kandung Reformasi, sementara Jurgen Klopp berhasil mengurangi ekspektasi berlebihan dari fans Liverpool yang setia menunggu timnya untuk kembali juara selama 27 tahun lebih dengan kata-kata “I am the Normal One” pada konferensi pers pertamanya saat ditunjuk memimpin The Reds menggantikan Brendan Rodgers.
Keduanya baik Jokowi dan Jurgen Klopp memang belum sempurna, masih banyak kelemahan disana-sini. Namun paling tidak keduanya memberikan harapan baru bagi rakyat Indonesia maupun Fans Liverpool diseluruh dunia saat ini.
Pemerhati Politik dan Sepak Bola,
Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) 2016-sekarang,
Aktivis Rumah Gerakan 98
Menyukai ini:
Suka Memuat...