Jagad maya dibuat gemetar dengan kisah ‘KKN di Desa Penari’. Unggahan beruntun Simple Man lewat Twitter ala cerpen ini ternyata menyedot perhatian netizen. Warganet bukan hanya membaca kisah panjang ini sampai tuntas melainkan juga kepo mencari tahu KKN di desa nama dan hutan mana.
Perempuan Berwajah Rusak Di Tepi Jalan
Kehebohan kisah horor ini mengingatkan saya pada kisah nyata seorang sahabat di Solo. Begini kisahnya. Suatu hari dia pulang ke kantor diantar karyawannya pakai motor. Biasanya ke mana-mana bos yang satu ini selalu pakai mobil. Agar lebih cepat, apalagi gerimis mulai turun, staf kantor itu memboncengnya melalui jalan tikus.
Di sebuah jalan yang sepi, bos ini melihat seorang perempuan berdiri di tepi jalan. Waktu dia melihat wajahnya, dia kaget bukan main. Wajah perempuan itu rusak dan dipenuhi darah. Apakah dia korban kecelakaan? Bisa jadi, tetapi mengapa dengan wajah seperti itu dia masih bisa berdiri? Apalagi tidak ada tanda-tanda kecelakaan lalu lintas di situ. Pemandangan itulah yang justru membuat bulu kuduknya berdiri.
Karena tidak mau membuat stafnya ketakutan dan malah menjalankan motornya dengan ngawur karena ketakutan, dia diam saja. Tepat saat motor berdampingan dengan perempuan itu, tiba-tiba stafnya menarik gas sekencang-kencangnya dan motor melaju dengan kecepatan tinggi sampai zig zag.
“Hai kamu kenapa?” tegur bosnya sambil memegang bahu bawahannya dengan kencang karena takut jatuh.
“Apa… apa… Bapak tidak melihat perempuan tadi?” tanya stafnya dengan suara terbata-bata. Rupanya, dia pun melihat penampakan yang menyeramkan itu.
Making long story short, bos itu tiba di rumah bukan hanya basah oleh air hujan, tetapi juga keringat dingin. Seumur-umur dia belum pernah melihat hantu.
Keris Menari Di Dalam Botol
Tidak lama setelah peristiwa itu, dia mendapat pengalaman spiritual lain. Tiba-tiba saja indra keenamnya menjadi lebih tajam. Suatu sore menjelang petang, saat berada di halaman depan rumahnya, dia kaget melihat satu sorot kekuningan jatuh ke halaman rumahnya. “Mirip meteor jatuh, tapi warnanya kuning keemasan,” ujarnya kepada saya.
Saat didekati, ternyata keris. Bentuknya kecil, tapi indah. Dia memutuskan untuk memasukkannya ke botol bekas selai dan menaruhnya di ruang tamu rumahnya.
Tengah malam, saat sedang tidur bersama istrinya, dia mendengar kegaduhan kecil di ruang tamunya. Ada suara gamelan seperti mengiringi para penari keraton. Dengan rasa heran dan penasaran, dia keluar kamar. Ruang tamunya yang remang-remang tampak cahaya kekuningan indah. Ketika didekati, ternyata keris kecil yang dia simpan tadi menari-nari di dalam botol. Suara gamelan semakin kencang. Bulu kuduknya berdiri lagi. Dia memutuskan untuk kembali ke kamar dan melanjutkan tidurnya.
Kembali Ke Rumahnya
Keesokan harinya dia memanggil satpam perumahan dan memberikan keris itu kepadanya. “Untuk Bapak saja,” ujarnya.
“Bener nih, Pak?” tanya satpam itu, “keris ini tampak indah dan mahal lho.”
“Benar, untukmu saja,” ujar bos itu.
Ternyata oleh satpamnya keris itu dijual ke kolektor keris. Masalah selesai? Belum! Beberapa hari kemudian, seorang bapak dengan mobil menepi di depan rumahnya. Begitu dipersilakan masuk Bapak itu berkata, “tidak usah Pak, terima kasih. Saya hanya mau mengembalikan keris ini kepada Bapak.”
“Bagaimana Bapak bisa menemukan rumah saya?” tanya bos itu.
“Keris ini yang menunjukkannya. Dia minta diantar pulang,” ujar bapak itu yang segera pamit dan pulang.
Apa Maksud Semua Ini?
Heboh kisah horor KKN di Desa Penari dan pengalaman sahabat saya di atas paling tidak memberi kita tiga pelajaran. Pertama, kisah misteri bukan fiksi. Memang banyak kisah horor setingan, namun yang fakta juga ada.
Kedua, jaga kearifan lokal. Jangan ganggu alam dengan perbuatan yang menista Tuhan. Ketiga, jangan ditakut-takuti, apalagi dikalahkan dengan hal-hal demikian. Kita memiliki Tuhan yang besar.
Penulis Pelukis Kehidupan di Kanvas Jiwa
Menyukai ini:
Suka Memuat...