EPIK pemilihan kepala daerah 2024 Kabupaten Sumenep kali ini terasa lain. Siklus perubahan kembali terjadi dengan pola yang tidak jauh berbeda, meski dengan tokoh yang berbeda. Tokoh-tokoh yang “bertempur” di pilkada Sumenep 2024 terasa seperti kisah Nabi Daud melawan Jalut (Goliath). Kisah perlawanan nabi Daud kepada Jalut merupakan kisah pertempuran yang tidak seimbang di zamannya. Nabi Daud dengan jumlah pasukan yang sedikit melawan Jalut yang memiliki pasukan ribuan dan dukungan logistik yang mumpuni waktu itu.
Era sekarang, pada pilkada 2024 Sumenep juga terdapat tokoh yang memiliki hampir sama tentang perjuangan melawan kesombongan kekuasaan, seperti halnya Nabi Daud melawan Jalut. Beliau adalah kiai Fikri yang berjuang pada jalur politik untuk memimpin masyarakat Sumenep ke arah yang lebih baik. Arah yang menjadi harapan masyarakat sesuai dengan nilai dan norma ketimuran. Bukan arah yang mendekatkan dengan dunia hedonisme dan mengikis nilai-nilai luhur kearifan lokal, seperti golongan priyayi yang suka berpesta pora kala rakyat jelata menderita.
Jalan politik yang ditempuh kiai Fikri dalam keikutsertaan sebagai calon bupati Sumenep tidaklah mudah. Aral melintang telah disiapkan oleh Jalut Boomer agar kiai Fikri tidak bisa ikut serta sebagai kandidat calon bupati. Berbagai macam strategi dimainkan untuk menghadang kiai Fikri, dari politik borong partai hingga kongkalikong dengan kolega satu partai kiai Fikri.
Jalut Boomer dengan segala sumber daya yang dimilikinya berusaha mengukuhkan kekuasaannya dari timur hingga ke barat, dari utara hingga ke selatan. Apa yang telah direncanakan oleh Jalut Boomer untuk menjegal kiai Fikri tampaknya telah menjadi kesia-siaan, angin perubahan peraturan pemilihan kepala daerah 2024 berpihak kepada orang-orang atau kelompok yang terdzolimi, termasuk seperti mas Kiai.
Terdapatnya perubahan peraturan pemilihan kepala daerah 2024 bagi Sumenep bisa dimaknai bahwa pemilik semesta insyaallah telah merestui pencalonan kiai Fikri sebagai bupati Sumenep. Tinggal sekarang bagaimana ikhtiar perjuangan masyarakat Sumenep yang peduli nilai dan norma ketimuran untuk ikut serta dan terlibat dalam memenangkan kiai Fikri menjadi bupati Sumenep.
Rasa optimis perlu terus dijaga dan dikobarkan di tengah gelagat buruk Jalut Boomer yang berusaha memecah belah masyarakat Sumenep. Perlu tetap yakin pada pilkada kali ini, segala yang tidak mungkin di mata manusia, namun menjadi mungkin bagi Pencipta. Keyakinan akan segala ketidakmungkinan telah terbukti hingga tahap kiai Fikri telah maju sebagai calon bupati Sumenep dan insyaallah akan terwujud pada tahap berikutnya, yaitu kiai Fikri terpilih menjadi bupati Sumenep. Amiin Ya Robbal Alamiin..
Dosen Ilmu Politik dan Peneliti Lepas
Menyukai ini:
Suka Memuat...