Puisi bukan hanya milik penyair. Pemulung pun berhak berpuisi.
Makna puisi tidak ditentukan oleh dogma agama. Sebab, dogma pun bisa ditafsir-ulang sebagaimana makna kitab suci tak pernah beku. Buka topi, maka engkau melihat sungguh beragam suara makna.
Bahaya konservatisme agama salah satunya adalah mengarahkan penganut untuk mengutamakan hafalan ayat-ayat suci, tetapi tanpa pemahaman yang mendalam. Pemahaman yang terjadi melalui penafsiran mengandaikan ada ketakterputusan yang mutlak antara teks dengan konteks sosial-budaya yang melatari teks. Sebuah ayat tidak bisa dipisahkan dari jalinan ayat lain, karena kalau demikian, ayat itu tidak bisa dipahami maknanya dalam sebuah keseluruhan yang bernama teks. Jika yang ada hanya hafalan, dan bukan pemahaman yang mendalam, maka akan terjadi fragmentasi kognitif, yang menyebabkan seseorang gagal memaknai keterkaitan ayat” dalam suatu teks. Dengan itu pula, orang yang suka menghafal ketimbang memahami teks, gampang sekali dibodoh-bodohin oleh orang lain yang ahli dalam memancing emosi dan memobilisasi massa.
Puisinya Ibu Sukmawati sangat bagus. Ibu Sukmawati hendak menggemakan kembali wawasan Bapaknya, Bung Karno. Kalau kita sudah belajar dari budaya orang, jangan lupakan budaya sendiri. Jangan melupakan sejarah. Dominasi yang s angat berbahaya hari ini adalah dominasi budaya suatu bangsa atas bangsa lain. Celakanya, banyak orang Indonesia mau didominasi oleh orang lain. Akhirnya, tidak ada kebanggaan nasional, segalanya tergantung pada arahan orang luar, sampai pada hal berpakaian. Biopolitik. Tidak ada kepercayaan diri, yang ada hanya minder. Dan di antara para kaum minder, yg terjadi adalah kasak-kusuk, hujat-menghujat, dan saling benci. Kasihan banget ya. Saling cakar- cakaran di dalam, sementara negara dan bangsa lain di dunia sedang berpikir bagaimana mereka bisa maju dan menyumbang pemikiran dan ilmu untuk peradaban dunia.
Inilah kecerdasan berpolitik ibu Sukmawati melalui sastra, bukan dengan kritikan-kritikan yang sangat kasar dan tidak obyektif.
Bahasa mencerminkan orang. Apalagi dalam kultur Jawa. Kehalusan Budi bahasa sangat penting dalam kehidupan. Kata-kata menciptakan realitas. Realitas tidak hanya tertangkap melalui bahasa. Kesempurnaan itu akan terbayang kalau antara kata dan perbuatan itu padu/sinkron. Itulah kebenaran (faktual sxgus normatif), epistemik (veritas), etik (bonum/baik) dan ontis (unus/pulcrum/utuh). Kebenaran: persesuaian antara apa yg dikatakan dgn kenyataan (adequatio Rei et intelectus).
Ada yang membuat hoax dengan mengatakan sebagai plagiat.
Bukan plagiat namanya. Beda sekali puisinya. Puisi yang satu berisi pemuliaan terhadap Islam, khususnya pemakaian hijab. Puisinya Ibu Sukma sebaliknya berisi pemuliaan terhadap konde, yang asli Indonesia. Ibu Sukma tidak merendahkan hijab juga. Melainkan lebih menekankan pada keindahan konde. Konde sebagai representasi simbolis budaya Indonesia, dalam konfrontasinya dgn hijab yang adalah budaya Arab. (Budaya Arab tidak berarti budaya Islam, karena tidak semua orang Arab itu Islam, meskipun hampir semuanya memakai jilbab). Kondisi Geografis yang gurun dan panas memaksa mereka untuk pakai jilbab. Perempuan Yahudipun udah sejak PL memakai hijab. Belakangan, ketika Islam lahir, pemakaian hijab itu diberi muatan teologis.
Jadi, puisi Ibu Sukmawati sebetulnya sangat menarik kalau diulas. Perspektif postcolonial sangat bagus dipakai. Intinya bahwa terjadi perlawanan terhadap dominasi budaya Arab melalui pemakaian hijab. Pemuliaan konde dalam puisi dipakai untuk melawan dominasi hijab.
Adalah perlawanan Ibu Sukmawati melalui puisi sebagai sebuah gerakan keadilan budaya.
Sebagai seorang perempuan saya bangga dan salut dengan perjuangan Nasionalisme beliau . Puisi sebagai gerakan keadilan budaya.
Apakah mungkin harus berharap Aristoteles dibangkitkan dari kuburan untuk menjadi guru besar, khusus untuk bangsa Indonesia agar menjadi lebih mampu berfikir logis, dan tidak lagi sekedar berperilaku dan bertindak oleh karena mengikuti baris program kecerdasan buatan.
*) Opini ini tanggung jawab Penulis, bukan redaksi SerikatNews
Menyukai ini:
Suka Memuat...