SERIKATNEWS.COM – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan perekonomian Indonesia harus tumbuh di kisaran 6 hingga 7 persen agar dapat mencapai target menjadi high income country pada tahun 2045. Namun, banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai target tersebut, mulai dari terjadinya krisis keuangan global, inflasi tinggi, geopolitik, hingga perubahan iklim.
“Jadi untuk mencapai pertumbuhan 6 hingga 7 persen ini tentunya memerlukan kombinasi kebijakan fiskal, tidak boleh hanya berasal dari sumber daya pemerintah. Indonesia tidak bisa memiliki pertumbuhan yang tinggi tapi dengan defisit yang juga tinggi. Ini tidak akan berkelanjutan. Mungkin baik-baik saja dalam jangka pendek, namun tidak baik dalam jangka menengah,” ujar Sri Mulyani dalam Public Lecture Indonesia Project and The Australian National University (ANU) di Canberra, Australia, seperti dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Rabu (13/12/2023).
Menurut Sri Mulyani, APBN hingga saat ini telah berperan penting sebagai shock absorber, menjaga stabilitas nasional, hingga mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang solid. Ke depan, APBN akan terus hadir melindungi masyarakat, menjaga momentum pemulihan ekonomi, terutama dalam merespon berbagai ketidakpastian perekonomian global.
“APBN digunakan untuk memberikan layanan dasar, seperti imunisasi, vaksinasi kepada seluruh anak di Indonesia hingga daerah terpencil,” imbuh Sri Mulyani.
Dalam acara yang dipandu Professor of Southeast Asian Economies ANU, Emeritus Hal Hill ini, Menkeu Sri Mulyani juga menjelaskan bahwa pemerintah akan terus melanjutkan komitmen meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui anggaran pendidikan yang dialokasikan minimal 20 persen dari APBN. Selain itu, APBN juga membantu masyarakat yang paling rentan agar tidak terdampak berbagai guncangan melalui jaring pengaman sosial.
Di sisi lain, lanjut Sri Mulyani, kebutuhan membangun infrastruktur juga menjadi sangat penting untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju. Untuk mendukung hal tersebut, kombinasi kebijakan fiskal dan keterlibatan sektor swasta menjadi penting untuk dilakukan.
“Beberapa infrastruktur dapat dibangun oleh sektor swasta. Jadi benar-benar harus menjalin kemitraan antara pemerintah dengan swasta. Oleh karena itu, alat fiskal kini juga mengembangkan instrumen untuk mengurangi risiko atau memberikan jaminan bagi sektor swasta untuk terlibat, namun juga meminimalkan moral hazard. Jadi semua itu sedang dikembangkan di fiskal kita,” lanjutnya.
Untuk mencapai cita-cita menjadi high income country, Menkeu juga menekankan pentingnya melaksanakan reformasi struktural karena dapat meningkatkan daya saing di tingkat dunia. “Reformasi struktural memang perlu kerja keras. Peningkatan pertumbuhan sebesar 1 hingga 2 persen benar-benar diperlukan dalam reformasi struktural,” katanya. (*)
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.