Pernahkah kita mendapatkan inspirasi dan ide di suatu tempat, namun kita melewatkan begitu saja. Di waktu yang tak terduga tersebut kita merasa bingung mengulang ingatan itu. Permasalahan ini mungkin dialami oleh sebagian orang yang semestinya memanfaatkan peluang berharga tersebut.
Karena bagaimana pun, melalui bentangan inspirasi dan ide yang tak terduga itu, dapat kita wujudkan dengan rangkaian tulisan—baik di saat kita dalam perjalanan menggunakan alat transportasi umum, di cafe, atau di tempat ibadah, dan lain-lain.
Sebagaimana yang dituturkan Imam Asy-Sya’labi, “kalau kita dapat mendapatkan inspirasi di suatu tempat—misalnya dengar ceramah ilmiah atau lain sebagainya—maka tulislah, meskipun di dinding.
Tidak pelak jika ada yang mengibaratkan inspirasi dan ide itu bagai bintang yang jatuh melesat cepat entah ke mana. Ada pula yang mengumpamakannya sebagai hewan buruan; Al-‘Ilmu Shaidun, wal Kitabatu Qaiduhu. Qayyid Suyudaka Bi Ihibalil Watsiqati. Ilmu bak hewan buruan, maka ikatlah segera hewan buruan itu niscaya engkau dapat memperoleh manfaatnya. Bagi orang yang memiliki kecerdasan yang baik, segala sesuatu yang terpikirkan tak berarti apa-apa tanpa diolah menjadi tulisan.
Apalagi akhir-akhir dunia teknologi kian canggih. Tak kurang akses sumber informasi pemberitaan melimpah ruah melalui kanal media daring. Kita cukup meng-klik situs yang kita butuhkan—melalui Komputer, Tablet maupun Handphone Android—sebagai sumber referensi yang kita butuhkan setiap saat.
Namun demikian, ada banyak opsi melalui referensi informasi yang kita baca. Hal ini sebagai penunjang tulisan kita agar berimbang dan bisa mengakomodasi permasalahan yang ada di masyarakat dan lain-lain.
Tak Sekadar Materi AN-SICH
Sudah semestinya kita memanfaatkan waktu luang untuk menangkap kepingan ide atau gagasan yang muncul–baik dari hasil bacaan buku atau gumpalan ingatan yang datang tiba-tiba. Lalu segera kita tuliskan setiap apa peristiwa dan kejadian yang terlintas di kepala kita. Karena kalau tidak, ingatan hilang tertutup kepentingan ingatan lainnya. Jika kita mengakui bahwa dengan menabung uang secara terus menerus, maka kita dapat membeli apa saja sesuai keinginan dan kebutuhan kita. Sama halnya dalam dunia kekaryaan yang berawal dari tabungan ide atau kata-kata yang dilakoni secara terus-menerus, bukan tidak mungkin suatu waktu dapat kita ambil untuk dijadikan bahan tulisan baru.
Wajar jika Pak Joko Pinurbo dalam acara “Kesaksian! Cerpenis Berbagi,” di Menara Kompas, Jakarta (Sumber: Kompas, 28 Mei 2019), menuturkan–kurang lebih–bahwa kita semestinya memiliki tabungan tak hanya berupa deposito dan investasi, akan tetapi, tabungan ide dan kata-kata yang suatu saat dapat yang suatu saat dapat ia ambil dan dapat menyulapnya menjadi sebuah karya yang memberikan manfaat besar bagi orang lain.
Maka dari itu, merawat tabungan ide dan kata-kata setiap harinya merupakan keniscayaan bagi yang menyadarinya. Ia merupakan bagian dari rekreasi literasi serta menekankan proses kreatif yang berkelanjutan. Apalagi kita tak menampik media sosial sebagai instrumen bertukar pendapat dan ide bersama-sama teman yang bisa membuka pikiran dari satu pintu pengetahuan ke pintu pengetahuan yang lain. Dari satu persoalan ke persoalan yang lain beserta solusinya.
Tak Berpuas Diri
Kiranya dalam dunia literasi tak ada kata berpuas diri dan menganggap tulisan yang pernah terpublis ke media massa dianggap selesai. Saya sangat sepakat dengan pendapat Pak Joko Pinurbo yang merobohkan cara berpikir penulis yang sangat temporal, bahwa kita semestinya memulainya dari nol pada setiap hasil karya tulisannya.
Sebagaimana disinggung di atas, kita tidak dapat menulis dengan baik dan benar, tanpa adanya buku. Dari bukulah kita dapat mengepakkan sayap pengetahuan, sebagaimana merujuk Laman Facebook Awesome Quotes & Note: Books give you wings.
Akhirnya, mari kita sama-sama memungut inspirasi dan ide yang hadir setiap saat. Sudah semestinya kita memanfaatkan waktu untuk membaca buku yang berkualitas, berdiskusi (sharing idea) bersama kawan-kawan yang memiliki ketertarikan dalam dunia literasi, dan tabunglah ide dan kata-kata itu sebanyak-banyaknya. Semoga istiqamah…
Alumni Magister Studi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta