KLATEN – Candi Prambanan, warisan budaya Hindu terbesar di Indonesia, menjadi saksi upacara sakral pada Selasa (12/11/2024). Untuk pertama kalinya, Abhiseka Samapta Dwiyottama Siwala dan Parisudha Agung Paripurna berlangsung bersamaan. Kedua upacara ini berfungsi sebagai Pujawali atau Piodalan Candi Prambanan, dengan penentuan waktu berdasarkan kalender Sasih.
Upacara ini dipimpin oleh tujuh pendeta dan dihadiri tokoh agama serta masyarakat. Beberapa di antaranya adalah Ida Pandita Agung Putra Nata Siliwangi dan Sekretaris Sabha Pandita PHDI Pusat.
Dalam kesempatan tersebut, tokoh nasional seperti Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, juga turut hadir. Kehadiran mereka membawa doa dan harapan untuk kedamaian Nusantara.
Ritual sakral ini mengingatkan akan sejarah panjang peradaban Hindu di Indonesia. Candi Prambanan, yang berdiri sejak abad ke-9, menjadi pusat spiritual yang mengajarkan toleransi dan persatuan.
Dalam sambutannya, Wisnu Bawa Tenaya menekankan Candi Prambanan sebagai simbol kuat toleransi antarumat. “Candi Prambanan adalah lambang kebersamaan dalam keberagaman, yang terus kita warisi hingga kini,” ujar Wisnu.
Ia menambahkan, semangat ini penting di tengah masyarakat Indonesia yang beragam. Wisnu juga mengajak umat Hindu menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur untuk masa depan yang damai.
Mengutip keterangan dari PHDI yang merupakan majelis tinggi umat Hindu, penentuan waktu upacara Parisudha Agung Paripurna melalui proses yang panjang. Sebelumnya, pada Oktober 2023, PHDI Pusat mengadakan diskusi di Universitas Hindu Negeri IGB Sugriwa, Bali. Diskusi ini menghadirkan pakar arkeologi dan wariga untuk memastikan waktu pelaksanaan berdasarkan kalender Sasih.
Selanjutnya, hasil diskusi menentukan tanggal ritual jatuh pada “Ekadasi Suklapaksa Margasira” atau empat hari sebelum Purnama Sasih Kelima. Tanggal ini juga bertepatan dengan Abhiseka lima tahun lalu, tahun 2019. Peristiwa ini dinilai langka, menjadi simbol harmoni antara perhitungan kalender Sasih dan Masehi.
Momentum Menguatkan Toleransi dan Keharmonisan Dalam Keberagaman
“Upacara ini juga menjadi momentum penting bagi umat Hindu Indonesia. Abhiseka di Candi Prambanan telah berlangsung enam kali berturut-turut, tetapi ini pertama kalinya pelaksanaannya bersamaan dengan Parisudha Agung Paripurna,” imbuh Wisnu.
Momentum ini menunjukkan sinergi antara agama dan tradisi, yang mencerminkan kekuatan spiritual Hindu. Selain itu, umat Hindu dunia meyakini Candi Prambanan sebagai simbol kekuatan, menyatukan umat Hindu dalam doa dan harapan.
Upacara sakral ini menjadi panggilan untuk menjaga dan melestarikan warisan leluhur yang berharga. Doa-doa dipanjatkan demi kemakmuran dan kedamaian Indonesia.
“Seluruh umat berharap, kekuatan spiritual Candi Prambanan akan terus menjaga keharmonisan masyarakat di tengah keberagaman bangsa,” pungkasnya.
Penulis Profesional, Dosen, Motivator
Menyukai ini:
Suka Memuat...