Cerita tentang perselingkuhan pejabat mungkin sudah biasa. Tapi kalau yang berselingkuh adalah seorang rektor yang jadwal cintanya lebih padat dari rapat akademik, itu baru istimewa.
Bayangkan, pagi rapat senat, siang ketemu perempuan pertama, malam pulang ke istri sah, dini hari mampir ke perempuan kedua. Kalau hidupnya difilmkan, mungkin bakal lebih menegangkan dari sinetron prime time.
Rektor ini bukan cuma lihai dalam urusan akademik, tapi juga dalam membagi waktu. Istrinya adem ayem, tidak curiga sedikit pun. Mungkin karena skenarionya sudah diatur serapi skripsi mahasiswa yang tinggal tanda tangan dosen pembimbing.
Tapi juga dalam membagi waktu. Istrinya adem ayem, tidak curiga sedikit pun. Mungkin karena skenarionya sudah diatur serapi skripsi mahasiswa yang tinggal tanda tangan dosen pembimbing.
Tapi dari tiga perempuan yang jadi bagian dari “kurikulum cintanya,” ada satu yang paling beruntung. Ia bukan sekadar selingkuhan, tapi juga “pemegang saham” dalam aset sang rektor. Rumah mewah, mobil, fasilitas kelas sultan—semua ada. Pokoknya, kalau ada mata kuliah “Perselingkuhan dan Manajemen Keuangan,” perempuan ketiga ini pasti lulus dengan predikat cum laude.
Pertanyaannya, sampai kapan semua ini bisa berjalan mulus? Sejarah sudah berkali-kali membuktikan, skandal seperti ini pasti punya masa kedaluwarsa. Bisa ketahuan dari jejak digital, bisa juga dari faktor human error—seperti salah kirim chat “I love you” ke istri sah.
Jadi, kita tinggal tunggu babak berikutnya. Akankah sang rektor tetap jadi maestro dalam simfoni perselingkuhan ini? Atau justru nasibnya berakhir seperti revisi skripsi mahasiswa: berantakan, penuh coretan merah, dan akhirnya ditinggal dosen pembimbing?
Jurnalis Serikat News Sumenep, Jawa Timur
Menyukai ini:
Suka Memuat...