SERIKATNEWS.COM – Debat keempat Pilpres 2019 dinilai masih belum substantif dan berjalan normatif. Adapun tema debat yang diangkat adalah Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan serta Hubungan Internasional. Debat putaran ke-4 antara Capres Joko Widodo dan Capres Prabowo Subianto berlangsung di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019).
Mengenai tema ideologi, Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPP GMNI) menilai kedua kandidat calon presiden telah menunjukkan komitmen yang sama untuk menguatkan ideologi Pancasila sebagai instrumen ketahanan nasional dan menganggap perlu diajarkan sejak dini. Kedua kandidat juga memastikan bahwa Pancasila sudah final.
Ketua Umum DPP GMNI, Robaytullah K. Jaya mengatakan bahwa tidak ada yang perlu diragukan lagi mengenai patriotisme dan nasionalisme kedua calon presiden terhadap ideologi bangsa kita. “Namun, kami tetap mewaspadai adanya gerakan ideologi transnasional seperti liberalisme dan ekstremisme sebagai ancaman demokrasi, terutama yang mulai menyasar generasi muda sekarang melalui Pilpres 2019. Justru ini yang membahayakan,” ujarnya.
Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia tidak luput dari sorotan perkembangan ideologi transnasional. Meskipun kedua capres sudah menyatakan komitmen terhadap penguatan Pancasila, namun masyarakat dihimbau harus jeli untuk menentukan pilihannya di 17 April mendatang.
Persepsi yang muncul di publik masih kental aroma gerakan fundamentalisme agama yang mencoba mengubah ideologi Pancasila dengan sistem pemerintahan Khilafah. Hal ini tentu bisa mengakibatkan perpecahan antar saudara di berbagai daerah di tanah air serta berdampak pada eksistensi negara.
Menurut Made Bryan Pasek, Ketua DPP GMNI bidang Hubungan Internasional, isu ideologi masih menjadi perhatian serius bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari sejarah berulang pergantian sistem pemerintahan yang ingin mengubah ideologi Pancasila sebagai dasar negara.
“Salah satu indikatornya adalah fenomena penyebaran hoax di media sosial yang dapat memengaruhi psikologi masyarakat. Namun, jika kita mampu meyakinkan diri untuk saling bersatu melawan ideologi transnasional maka bonus demografi Indonesia mendatang pasti akan lebih baik,” ungkapnya.
Mengenai isu hubungan internasional, ia juga menyinggung bahwa peran strategis Indonesia semestinya perlu dimaksimalkan lagi. Diplomasi Indonesia harus bisa lebih aktif di forum internasional, seperti untuk menyuarakan kemerdekaan Palestina, perlindungan WNI di luar negeri, advokasi pekerja migran Indonesia, termasuk juga perekonomian global.
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...