EVER & FOREVER Sang Prajurit yang Anti Culas anti Korupsi
Laporan Serikat News
Selasa, 11 Juli 2017 - 12:41 WIB
Sumber Foto Ari
Oleh: Ari Suwari
A.E Kawilarang.
Sang Inspirator Prajurit Tangguh yang Jujur dan Hanya Loyal kepada Negara sampai akhir hayat nya.
Alex Kawilarang adalah perwira angkatan 45 yang tergolong bersih dan tidak pernah mendukung rejim Soeharto. Menurut seorang tokoh pemuda tahun 45 Des Alwi “Kawilarang adalah seorang tentara asli yang jujur dan tidak main politik”.
Kolonel (Purn.) Alex E Kawilarang, meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Selama Soeharto berkuasa berkali-kali Alex mendesak Pepabri untuk mengkritik Soeharto tetapi Pepabri yang sudah dikuasai para kaki tangan Soeharto tetap saja mendukung kebijakan “bapak pembangunan” ini.
Sesepuh Kopassus ini meninggal dalam usia 80 tahun akibat komplikasi beberapa penyakit. Di rumah duka, Jalan Situbondo No.8, Menteng, Jakarta Pusat . Beberapa pejabat yang tampak hadir di rumah duka antara lain: Danjen Kopassus, Mayjen Syahrir MS; Mantan Gubernur DKI, Ali Sadikin dan Menhub Agum Gumelar. Dari kalangan politisi nampak Ketua DPA Achmad Tirto, Arnold Baramuli, Sabam Sirait dan Des Alwi. Yang menarik ialah kehadiran para mantan perwira pasukan Permesta yang sejak tengah malam berada di rumah duka. Sabam Sirait tokoh PDI Perjuangan menceriterakan kenangan menariknya bersama Almarhum. Sabam menuturkan bahwa, waktu hari ulang tahun Kopasus, ketika Prabowo Subianto menjabat Danjen Kopasus saat itu lupa mengucapkan terima kasih kepada Alex. Padahal Prabowo sudah sempat memuji-muji perwira-perwira senior lainnya.
Sabam yang mengingatkan Prabowo bahwa Kawilaranglah yang mendirikan KKAD atau RPKAD. Lalu Prabowo kembali naik mimbar dan mengucapkan terima kasih yang ditujukan kepada Alex Kawilarang, Tetapi lanjut Sabam, Alex Kawilarang mengatakan padanya bahwa, “saya tidak perlu ucapan terima kasih dari perwira-perwira rejim ini”. Desember lalu dalam suatu percakapan dengan Radio Nederland Kawilarang yang secara akrab biasanya disapa dengan Bung Lex, mengatakan:”Ketika Wiranto masih menjabat Panglima TNI saya pernah mengatakan, melihat sepak terjang TNI selama Orde Baru saya kira sebaiknya TNI dibubarkan saja.
Tetapi Wiranto tidak bereaksi, kata Kawilarang. Perwira professional ini beranggapan, yang paling tepat memimpin TNI saat ini adalah Agus Wijoyo. Ia selain professional juga tidak berpihak pada kelompok-kelompok politik saat ini.
Kawilarang sendiri pada tahun 1958 pernah diangkat sebagai Panglima Besar Angkatan Perang Permesta ketika daerah-daerah bergolak memperjuangkan otonomi yang luas. Pada 1961, 30.000 pasukan
Permesta di Sulawesi Utara keluar dari hutan-hutan setelah Kawilarang melakukan perundingan dengan Abdul Haris Nasution yang ketika itu menjabat sebagai KSAD.
Mereka sepakat untuk bersama-sama menghadapi kekuatan komunis di pulau Jawa. Tetapi belakangan Kawilarang kecewa dengan Nasution yang tidak menepati janjinya. Sejumlah perwira Permesta ditahan dan yang lainnya diturunkan pangkat. Ribuan pasukan Permesta setibanya mereka di pulau Jawa dilucuti dan dimasukkan ke kamp-kamp konsentrasi. Sebagian lagi dikirim ke perbatasan Kalimantan Utara dan berperang melawan tentara Inggris Ghurka.
Almarhum Kawilarang memulai kariernya tahun 1945 sebagai perwira penghubung dengan Pasukan Inggris
di Jakarta . Ia pernah menjadi Komandan Resimen Infanteri Bogor, kemudian tahun 1946 menjadi Komandan Brigade II Sukabumi. Pada 1948, Kawilarang menjabat sebagai Komandan Brigade I/Siliwangi di Yogyakarta.
Tahun 1949 ia menjadi Komandan Territorium Sumatera Utara, lalu menjabat Panglima Tentara dan Teritorium I hingga tahun 1950. Tahun 1951, ia menjabat Panglima TT VII/Indonesia Timur dan pada November tahun yang sama menjadi Panglima TT III/Siliwangi.
Alex Kawilarang pernah disorot pers ibukota pada tahun limapuluhan. Ketika itu secara mengejutkan Alex
menangkap Menlu Roeslan Abdulgani di lapangan terbang Kemayoran dengan tuduhan korupsi. Roeslan ketika itu bersiap-siap untuk berangkat ke luar negeri. Belakangan Presiden Soekarno meminta Panglima Siliwangi ini membebaskan kembali Menlunya itu. Langkah Alex yang lain yang sulit dilupakan masyarakat politik pada tahun limapuluhan ialah ketika ia menempeleng Soeharto di Makassar. Alex Kawilarang marah karena selaku Panglima Wirabuana ia baru melaporkan kepada Presiden Soekarno bahwa keadaan di Makassar sudah aman.
Tetapi Soekarno menyodorkan radiogram yang baru diterimanya bahwa pasukan KNIL Belanda sudah menduduki Makassar. Ternyata pasukan yang harus mempertahankan kota Makassar yaitu Brigade Mataram telah melarikan diri ke lapangan udara Mandai. Maka tidaklah mengherankan bahwa Alex menjadi marah dan buru-buru kembali ke Makassar.
Setibanya di lapangan udara ia langsung memarahi komandan Brigade Mataram Letkol Soeharto: “sirkus apa-apaan nih?”, kata Kawilarang sambil menempeleng Soeharto.
Maka dapatlah dimengerti, akibat peristiwa tersebut, hingga saat Kawilarang meninggal, Soeharto tidak pernah berbicara dengan bekas atasannya itu. Penghargaan kepada A.E. Kawilarang secara resmi baru diberikan tahun 1999 yang lalu, sewaktu Habibie menjadi Presiden menggantikan Soeharto.
*Penulis adalah pendampingan hak hak masyarakat dan, wakil ketua Gerakan masyarakat dukungan terhadap konstitusi dan keadilan jatim
Oleh: Mauzun Visioner (Pegiat Literasi) PEMILIHAN Gubernur Jawa Timur sedang mencuri perhatian publik. Pasalnya, Pilgub kali ini menampilkan tiga figur
FIGUR kyai masih menarik untuk dilibatkan atau terlibat pada kontestasi pilkada 2024. Pernyataan tersebut setidaknya sesuai dengan kondisi proses pilkada
PERNYATAAN Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Prof. Tjitjik Sri Tjahjandarie tentang “pendidikan tinggi adalah tertiary education, bukan