Laporan Serikat News
Sabtu, 7 Oktober 2017 - 19:07 WIB
Sumber Foto: www.cahyogya.com
Oleh: Wahyu Minarno
Pada kondisi dimana konflik sosial adalah cara yang mulai dianggap lazim dalam menyelesaikan persoalan, Jogja harus hadir sebagai contoh bagaimana persoalan sosial dapat diselesaikan melalui cara yang manusiawi dan beradab.
Pada kondisi dimana demokrasi, politik dan hukum hanyalah instrumen bagi kejayaan kapitalisme dan oligarki, juga sebagai ruang kondusif bagi korupsi, Jogja harus tampil sebagai sebuah sistem sosial-politik yang berhilir hanya pada keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat.
Pada kondisi dimana ekonomi hanyalah urusan untung-rugi, urusan akumulasi kekayaan, sehingga relasi sosial hanya terjadi ketika dibutuhkan transaksi-pragmatis, Jogja harus mampu menjadi teladan bahwa ekonomi adalah ihwal kerjasama sosial dalam pemenuhan kebutuhan setiap anggota masyarakat dan kelompok sosial secara adil dan merata.
Pada saat dimana pendidikan adalah komoditas, Jogja harus mampu menerapkan kebijakan pendidikan dimana setiap generasi benar-benar mendapatkan haknya atas pendidikan yang berkualitas.
Saat Jogja mampu melampaui kondisi-kondisi di atas melalui pemikiran dan langkah yang pada kemudian hari akan diikuti oleh daerah-daerah lain, saat itulah kita menjadi saksi bagi Jogja Kota Pencerahan.
Jogja Kota Pencerahan adalah Jogja sebagai mata air di tengah dahaga atas kepemimpinan intelektual dan moral yang paripurna, di tengah kebenaran yang semakin ditanggalkan, di tengah keadilan yang mulai dapat ditawar, di tengah kemiskinan yang dipertontonkan untuk dijual.
Jogja Kota Pencerahan adalah Jogja sebagai cahaya di tengah kabut tebal sengkarut negeri, di tengah petaka kebangsaan, cahaya di antara kebodohan yang sengaja dilestarikan demi tiadanya perlawanan, suar yang kelak menjadi petunjuk bagi mereka yang tersesat dan sengaja disesatkan.
Jogja Kota Pencerahan adalah Jogja yang “rahmatan lil alamin”, Jogja yang “migunani tumraping liyan”, Jogja yang sadar dan menyadarkan, yang bergerak dan menggerakkan, yang menghormati kemanusiaan dan keadilan.
Jogja Kota Pencerahan adalah Ibu Pertiwi yang mengasah tanpa mencedera, asih tak berpamrih, dan mengasuh penuh kasih sayang tak berbatas.
Jogja Kota Pencerahan adalah ruang hidup yang harmoni, kawah Candradimuka yang mencerdaskan, dan suasana kehidupan yang “nyawiji lan ngayomi”.
Jogja Kota Pencerahan adalah “Keistimewaan” sebagai kata sifat sekaligus kata kerja. Tempat dimana memimpin adalah mengabdi, memimpin adalah melayani, memimpin adalah menderita. Tempat dimana pemimpin adalah teladan, dan kekuasaan adalah wakaf politik.
Jogja Kota Pencerahan adalah titik balik bagi peradaban yang lebih baik, masa depan yang lebih cemerlang, dan manusia yang lebih dimanusiakan sepenuhnya.
Jogja Kota Pencerahan adalah visi bersama, jalan bersama, dan tanggung jawab bersama. Jogja Kota Pencerahan adalah Jogja yang kreatif dan inovatif, adalah Jogja yang membangun dan mensejahterakan seluruhnya.
Jadilah tulang punggung, jadilah saksi untuk Jogja Kota Pencerahan. Untuk Jogja Maju, untuk Jogja Jaya.
Selamat Hari Jadi Kota Yogyakarta yang ke-261.
Kamu harus tetap ISTIMEWA.
Oleh: Mauzun Visioner (Pegiat Literasi) PEMILIHAN Gubernur Jawa Timur sedang mencuri perhatian publik. Pasalnya, Pilgub kali ini menampilkan tiga figur
FIGUR kyai masih menarik untuk dilibatkan atau terlibat pada kontestasi pilkada 2024. Pernyataan tersebut setidaknya sesuai dengan kondisi proses pilkada
PERNYATAAN Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Prof. Tjitjik Sri Tjahjandarie tentang “pendidikan tinggi adalah tertiary education, bukan
Penulis: Gloria Rigel Bunga (Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia) KITA pasti suka bertanya-tanya, untuk apa ya sebuah perusahaan atau organisasi sering