Saya sungguh bersyukur tinggal tidak jauh dari Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta Timur. Bersyukur karena hampir setiap pulang kerja, saya bisa mampir ke toko buku itu untuk beberapa saat, sekedar melihat hingga membeli beberapa buku. Beberapa tahun terakhir ini di Gramedia Matraman sering ada bazar buku murah. Harganya dari Rp 5 Ribu hingga puluhan ribu rupiah. Walaupun bukunya relatif murah, namun kualitasnya tidak diragukan. Buku yang tersedia juga beragam, dari buku pemikiran orang-orang besar hingga buku tentang kuliner.
Saya menyukai kesederhanaan, berusaha berpikir sederhana, dan berharap hidup dalam kesederhanaan, walaupun jarang makan di rumah makan padang ‘Sederhana’, ha..ha.. Mengapa bisa begitu? Karena sejak lahir saya hidup dalam kesederhanaan, bertumbuh dan besar dalam kesederhanaan, hidup dalam banyak keterbatasan, dan akhirnya bercita-cita jadi orang yang bisa menginspirasi banyak orang di bawah thema kesederhanaan. Saya punya teman yang memiliki akar kepahitan hidup dan mendendam atas kepahitannya. Katanya sich dia muak dengan kemiskinannya, dan ingin menguburnya hidup-hidup sangkin pahitnya. Dia ingin berubah menjadi orang kaya raya, dan siap melakukannya dengan segala cara, termasuk mencuri atau korupsi, bila memang itu jalan yang terbuka baginya. Saya merinding mendengarnya.
Karena mengagumi kesederhanaan, maka dalam hal memilih buku pun saya selalu berusaha mencari buku yang bisa mempertajam dan menjernihkan pikiran dan hati saya tentang kesederhanaan. Hingga suatu waktu, awal Januari 2017, saya menemukan buku yang berjudul: ‘Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi: Kisah Perempuan Pengajar Kesederhanaan’. Saya tidak berpikir lama untuk memutuskan apakah buku ini akan saya beli. Tema buku sudah sesuai dengan harapan saya, dan yang mencegangkan harganya hanya Rp. 5.000,- (Lima Ribu Rupiah Saja). Bungkus…
Sebelum membaca bukunya, saya sudah lama bertanya dan ingin mencari tahu, siapa tokoh dibalik munculnya tokoh besar negeri kita, Presiden RI, Jokowi. Warga Solo yang mengajarkan dan mempraktekkan kesederhanaan hidup, yang karena gaya hidup demikian mengantarkannya menjadi Presiden RI. Saya menemukan jawabannya pada buku murah meriah ini. Ibunda Jokowi, Sujiatmi, adalah orangnya. Ibu yang memberi warna khas pada sang anak, yang kelak menjadi orang paling berpengaruh di republik ini.
Dalam bukunya saya memperoleh gambaran bahwa Ibu Sujiatmi melakukannya bukan supaya kelak anaknya menjadi Presiden. Namun didorong oleh keinginan supaya kelak anaknya menjadi orang yang berguna bagi sesama. Itu saja.
Pada buku itu Jokowi menuliskan kata-kata yang sangat inspiratif bagi saya. ‘Kehormatan hidup bukanlah ditentukan seberapa tinggi pendidikanmu, seberapa banyak ijazah akademismu, seberapa banyak bintang-bintang bertaburan di dadamu. Tetapi kehormatan hidup ada ketika namamu melekat di hati orang-orang sekitarmu, kerjamu bermanfaat untuk rakyat banyak, dan doamu tiap bangun tidur memohon agar hari ini lebih baik dari hari kemaren. Kehidupan adalah kerja dan cinta. Itu kita jalani dengan sederhana saja.’ Luar biasa. Terima kasih Ibu Sujiatmi dan Jokowi. Terima kasih juga kepada sang penulis, Kristin Samah dan Fransisca Ria Susanti, yang telah membuatnya sangat menarik untuk dibaca.
Dosen PTS di Jakarta dan aktif di Relawan Jokowi Centre
Menyukai ini:
Suka Memuat...