Sudah satu bulan ini, sejak peristiwa penyerangan terhadap tokoh agama bergulir, mulai dari peristiwa di Bandung hingga Jogjakarta, dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab dan menggorengnya dengan isu kebangkitan PKI. Bahkan video tentang informasi itu, yang memperlihatkan tentara dipersenjatai yang dianggap sebagai PKI marak beredar. Ditambah dengan peristiswa-peristiwa serupa yang konon juga terjadi dibeberapa daerah meski sampai hari ini tidak terbukti kebenarannya. Lalu pada Kamis 22 Februari 2018, Kbareskrim Komjen Ari Dono Sukmanto membuat pernyataan bahwa, ada pihak-pihak yang sengaja menjadikan isu berkaitan dengan kejadian kekerasan terhadap pemuka agama. Hasil penyelidikan menemukan fakta bahwa negara ini, menurut isu yang berhembus, sedang berada dalam situasi dan kondisi yang seolah-olah bahaya. Di titik ini masyarakat sebenarnya terjebak dalam skenario dari sutradara hoax itu.
Berdasarkan penyelidikan yang sudah dilakukan, penyebaran hoax ini terstruktur dan sistematis. Hoax disebar menggunakan media sosial. Dari situ diketahui ada puluhan ribu artikel pembahasan dan berkorelasi dengan penyerangan ustdaz, ulama, dan tokoh agama. Kemudian para aktor intelektual ini mengaitkannya dengan isu kebangkitan PKI. Tujuannya jelas, membuat kegaduhan dan kekacauan dengan hoax. Dari data yang berhasil dikumpulkan Barareskrim mabes Polri diketahui kabar hoax tersebar diberbagai jejaring media sosial. Dari bentuk artikel di facebook, Google+, media massa, Whatshapp Grup, hingga video di Youtube.
Melalui pernyataan Kabareskrim ini saja, sebenarnya kebangkitan PKI hanyalah isu yang dibuat oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab, dan menginginkan negara ini kacau tak terkendali. Secara sederhana, PKI hanyalah hantu yang menutupi pikiran kita, seperti cermin yang memantulkan kembali apa yang terpampang didepannya. Mungkin begitulah cara kerja teror pikiran yang disebarkan melalui media massa, media sosial bahkan hingga diruang-ruang tertutup pesan singkat. Celakanya, banyak juga yang tidak paham tentang apa itu PKI, mengapa sampai begitu menakutkan dan membuat masyarakat resah, tak leluasa melakukan aktivitas di luar rumah, bahkan sampai meningkatkan kewaspadaan dengan mengadakan jam malam.
Satu sisi upaya dilakukan masyarakat itu baik sebagai preventif agar tidak terjadi tindak kriminal lainnya, seperti pencurian di malam hari. Namun disisi lain akhirnya menimbulkan teror yang tak berkesudahan, menambah ketakutan terutama bagi keluarga pemuka agama yang disebutkan sebagai target operasi isu kebangkitan PKI itu. Bahkan dibeberapa tempat sudah kencang menyelenggarakan istighotsah dan tahlil bersama dalam rangka memohon keselamatan keluarga, bangsa dan negara. Jika yang terjadi demikian, maka aktor intelektual penyebar hoax isu kebangkitan PKI telah sukses mengelabui masyarakat. Tugas kita sebagai orang yang memahami konteks ini harus menyadarkan tentang bahaya hoax dan teror atas nama apapun, yang kerap terjadi dan menghambat aktivitas masyarakat.
Baca Juga: Kekuatan Nasionalis dalam Kepungan Kelompok Radikal
Ketakutan yang berlebihan itu, saya namakan seperti hantu. Tak terlihat namun mengakibatkan rasa tak nyaman, gelisah, resah, galau, dan pikiran negative yang terus membayangi langkah. Bagaimana cara kita menyingkirkan dan mengusir hantu PKI itu dari pikiran kita?. Pertama cek dan kroscek isi berita yang kita terima atau kita baca. Jika tidak memahami situasinya tanyakan pada orang yang lebih mengerti. Kalau tetap tidak menemukan jawaban yang memuaskan atau tetap merasa tidak tenang, cari berita pembanding atau bertanya pada orang lain yang mempunyai pendapat dari sudut pandang yang berbeda. Karena dengan semakin banyak perspektif, kita menjadi lebih memahami persoalan. Kedua, di media sosial bertemanlah dengan orang-orang yang memberi pengaruh positif, yang tidak mudah membagikan berita provokatif dan belum tahu kebenarannya. Ketiga, sukai halaman-halaman portal media online yang sudah jelas afiliasi keberpihakannya, seperti NU Online, Islami.co, SerikatNews, Mojok.co, Qureta, Fahmina, atau Mubaadalahnews. Media yang tidak sekedar berbagi informasi dan pengetahuan, tetapi juga menyejukkan tanpa caci maki dan provokasi.
Selain itu bagi generasi Old, agar tak malu bertanya pada yang muda, ketika tidak memahami eskalasi dan konstelasi terkini negeri. sebab setiap peristiwa yang ada saling bertautan, berkaitan dan berkelindan terlebih menjelang tahun-tahun politik Pilkada serentak 2018, Pileg dan Pilpres 2019. Tentu akan semakin banyak hantu-hantu isu yang lainnya, yang akan menggerogoti akal sehat kita, sehingga kita harus menjadi masyarakat yang cerdas sekaligus melek terhadap perubahan. Sedangkan untuk generasi Now, teruslah membaca buku dari sumbernya, seperti tentang PKI yang tidak lepas dari sejarah komunisme, para tokohnya mulai dari Karl Marx, Stalin, Mussolini, Semaun, Tan Malaka dan lain-lain. Sebab tak semua tentang komunisme dan sosialisme itu buruk. Pemikirannya baik sebagai kritik sosial, tetapi menjadi tidak baik ketika disalahgunakan untuk politik kepentingan dan kekuasaan. Tak hanya baca buku, yang lebih penting juga jeli ketika membaca realitas sosial yang terjadi di sekitar. Cermat melihat konteks dan makna-makna yang terjadi dan tersembunyi didalamnya. Sebagai agent of social change, generasi Now harus memadukan antara pengetahuan yang memadai, kemampuan yang mumpuni, dan mari kita bergerak mengusir hantu PKI itu dan hantu-hantu lainnya dari pikiran masyarakat Indonesia
Penulis Adalah Aktivis Perempuan, Penggila Baca, Penyuka Sastra dan Hobi Menulis. Tinggal di Indramayu
Menyukai ini:
Suka Memuat...