SERIKATNEWS.COM – Pengecatan ulang terhadap pesawat Kepresidenan RI A-0001 Boeing 737-8U3 (BBJ 2) menuai kontroversi dan kegaduhan terutama di media sosial. Bahkan hingga saat ini terjadi polarisasi publik, antara pihak yang mendukung dan pihak yang menolak pengecatan pesawat kepresidenan.
Keterbelahan tersebut lebih karena proses pengecatan pesawat menghabiskan biaya yang mahal. Padahal saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis kesehatan yaitu pandemi Covid-19.
Pengamat dari Institute for Digital Democracy, Bambang Arianto menilai bahwa pemerintah sejatinya harus lebih sensitif terhadap kondisi saat ini. Terutama ketika sedang menghadapi krisis kesehatan global.
“Meskipun itu sudah dianggarkan sejak tahun 2019, akan tetapi memaksakan pengecatan dengan dalih tersebut tentu tidak elok di saat krisis kesehatan saat ini. Apalagi pengecatan pesawat ini membutuhkan anggaran yang tidak sedikit sekitar Rp2,1 Miliar,” kata Bambang Arianto, melalui keterangan tertulis yang diterima Serikat News di Jakarta, Kamis 05 Agustus 2021.
Melihat fakta ini, lanjut Bambang Arianto, kian membuktikan bahwa sebenarnya pemerintah tidak sensitif dan tidak memiliki sense of crisis. Dengan kata lain, pemerintah tidak peka terhadap apa yang tengah dihadapi masyarakat saat ini.
“Meskipun ada yang mengatakan bahwa pengecatan dilakukan bertepatan dengan pesawat tengah diservis, tapi tetap saja alasan tersebut di tengah krisis saat ini tidak masuk akal. Ini bukan persoalan warna pesawat maupun sudah dianggarkan sejak tahun 2019. Tapi, persoalan ini lebih kepada menurunnya empati pemerintah terhadap krisis kesehatan yang tengah kita hadapi,” pungkasnya. (*)
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...