SERIKATNEWS.COM – Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta melaksanakan Pojok Diskusi Umum (PODIUM) pada Kamis 8 September 2022. Acara berlangsung di Gedung Convention Hall Lt. 1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Sema Fishum mengangkat tema diskusi “Ketimpangan Pendidikan di Tengah Optimisme Indonesia Emas” yang berarti pendidikan adalah fondasi penting dalam membangun sebuah negara. Perlu adanya perhatian yang secara intim dalam memantau kondisi pendidikan sekarang dan untuk kebaikan masa depan.
Handini, M.Ikom selaku perwakilan dari Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan menyampaikan pesan kepada mahasiswa bahwa Indonesia Emas tahun 2045 menjadi refleksi untuk seluruh warga Indonesia. Terkhusus untuk mahasiswa yang menjadi motor penggerak dalam kemajuan bangsa.
“Kita juga perlu siap dalam berbagai kondisi. Sebab, dalam kehidupan tidak semua yang diinginkan akan berjalan mulus,” katanya.
Diskusi ini menghadirkan dua narasumber. Yaitu, Eko Prasetyo dari Social Movement Institute (SMI) Yogyakarta dan Gugun El-Guyanie, dosen Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Gugun El-Guyanie dalam menegaskan bahwa institusi pendidikan tidak boleh dijadikan rezim kekuasaan. Pasalnya, pendidikan adalah harapan terbesar dalam mewujudkan Indonesia emas.
“Nantinya dalam pendidikan itu akan muncul sebuah proses dialektika dalam memberikan ide-ide dan gagasan untuk Indonesia ke depan,” katanya.
Sementara itu, Eko Prasetyo dalam kesempatan ini memberikan sikap bahwa pendidikan jangan dicampuradukkan dengan politik dan ekonomi. Jika terjadi demikian, maka akan memunculkan komersialisasi pendidikan yang dapat menyengsarakan masyarakat miskin.
Mengacu pada data survey yang dilakukan Kompas mengenai partisipasi masyarakat Indonesia untuk melanjutkan pendidikan di ranah Universitas yakni hanya sebesar 20%. Ketimpangan terjadi masyarakat kurang mampu untuk membayar biaya kuliah yang begitu tinggi.
Eko menanggapi persoalan mengenai suasana akademis dan nalar kritis yang semakin hilang karena setiap ada penolakan dianggap sebagai pembangkangan. Hal ini menunjukkan perguruan tinggi mengalami penurunan terhadap ruang demokrasi.
“Perguruan tinggi tidak hidup apabila tidak menghargai pemikiran kritis dari mahasiswanya dan tentunya Indonesia akan sulit untuk maju pendidikannya,” tegasnya. (Anugrah Safieq Fahlevi)
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...