SERIKATNEWS.COM – Anak-anak yang ditemani orang tuanya tampak memenuhi gubuk kayu berukuran 2×1 meter di bukit Desa Suwatu, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Di gubuk itu mereka tidak menikmati pemandangan, tapi mereka fokus ke layar ponsel android. Mereka mengulang kembali materi pelajaran dari sekolah melalui internet dengan mengotak-atik ponsel android di atas perbukitan itu.
Tidak lelah mereka berulang kali mengangkat atau menggeser handphone-nya untuk mencari posisi sinyal terbaik. Untuk sampai ke sana, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu harus menempuh jarak sejauh satu kilometer. Perjuangan itu dilaluinya demi mendapatkan sinyal yang lebih baik agar bisa belajar secara online.
Mereka tidak seperti halnya pelajar di perkotaan yang justru lebih diuntungkan dengan kebijakan belajar di rumah secara online. Namun, siswa-siswi di pedesaan terpencil di kawasan hutan ini malahan harus dipusingkan dengan persoalan akses internet. Belajar online praktis menambah beban psikis bagi mereka lantaran begitu sulitnya mendapatkan sinyal internet.
Kebiasaan berburu sinyal di perbukitan seperti ini bukan hal baru bagi mayoritas warga Desa Suwatu. Hal tersebut sudah dirasakan jauh-jauh hari sebelum pandemi virus korona. Hanya saja, saat ini justru para pelajar yang mendominasi karena tuntutan pendidikan yang mesti ditempuh.
Pada Selasa (2/6/2020) pagi, sejumlah siswa sekolah dasar (SD) berkumpul di gubuk berukuran 2 x 1 meter tersebut. Mereka ditemani oleh ibunya. Salah satu siswi mengaku bahagia karena di tempat itu bisa mudah mengakses pelajaran sekolah.
“Asyik! Tinggal ketik di internet apa yang dimau, bisa muncul di sini. Kalau di rumah tak bisa apa-apa. Andai saja di rumah bisa, kan tak perlu repot berjalan kaki kesini,” kata Nurdiyanto (10), siswi kelas IV SDN Suwatu, seperti dilansir dari Kompas.com, Selasa (2/6/2020).
Di tengah semilir angin perbukitan, siswa-siswi SD itu tampak serius membaca memelototi handphone sembari belajar. Seperti halnya Bela Fransiska (9), siswi kelas III SDN Suwatu yang juga fokus dengan ponselnya.
Bela duduk santai belajar di gubuk tepat di samping ibunya, Krisnawati (25) dan beberapa teman-teman sebayanya. Terkadang anak-anak polos itu pun bersenda gurau memecah kesunyian alam.
“Sejak kemarin Bela ngajak saya untuk naik ke bukit ini, tapi baru bisa kuturuti hari ini. Katanya mau belajar, ini kan libur. Jadi, saat masuk sekolah di tengah pandemi korona, materi dikirim gurunya via WhatsApp wali murid, untuk disampaikan ke anak-anaknya,” ungkap Krisnawati.
Krisnawati berharap pemerintah bisa segera memfasilitasi jaringan telekomunikasi di desanya menyusul dampak pandemi virus korona. Tentunya, dampak buruk nihilnya sinyal internet ini tak hanya dirasakan oleh para pelajar, tapi juga seluruh warga Desa Suwatu.
“Kasihan anak-anak menjadi kesulitan belajar. Apalagi pelajar SMA yang lebih banyak tugasnya. Pun demikian bagi ibu-ibu yang suaminya tak bisa pulang dari perantauan, mau video call saja harus kebingungan cari sinyal,” ujar Krisnawati.
Sementara itu, Kepala Desa Suwatu, Riyanto mengaku sudah berupaya melaporkan ke Pemerintah Kabupaten Grobogan untuk pengajuan pengadaan jaringan internet di desanya. Namun, hingga saat ini belum terealisasi.
“Pastinya kosongnya akses internet ini sangat mengganggu di tengah pandemi corona yang tak bisa ke mana-mana. Apalagi anak-anak harus belajar online. Kami berharap pemerintah memperhatikan,” pungkas Riyanto.
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...