RUMAH reyot menjadi istana mewah, sepeda usang jadi kendaraan roda empat, satu usaha jadi beberapa usaha sukses, inilah buah dari kegigihan dan keyakinan Endin. “Kuncinya adalah usaha dan doa, lalu berserah diri kepada Allah SWT dengan perbanyak ibadah,” itulah yang dikatakan Endin Zakariya.
Endin Zakariya adalah seorang kepala keluarga berumur 43 tahun yang berprofesi sebagai wirausahawan sukses sekaligus tokoh agama di Desa Kertaharja. Endin dibesarkan oleh ibunda tercinta seorang diri karena merupakan anak yatim sejak usia dini. Tak hanya itu, dia juga merupakan anak yang berasal dari keluarga kurang mampu. Keadaan inilah yang menuntutnya untuk hidup mandiri dan berjuang keras demi bertahan hidup sejak usia muda.
Berawal dari bekerja di sebuah tempat konveksi, ia mengandalkan kemampuannya membuat pakaian jadi untuk memulai usaha. Usaha kecil yang dirintis bermula dari sepasang dua pasang pakaian jadi yang ditawarkan kepada toko-toko penjual pakaian. Namun, bunga tidak mekar begitu saja. Pakaian yang ditawarkan pada toko-toko pakaian tidak laku sama sekali. Keadaan ini merupakan keadaan tersulit baginya. “Masa-masa tersulit itu saat akan memulai, mencoba menawarkan ke toko-toko tapi tidak laku sama sekali. Saya harus putar otak lagi, gak boleh nyerah, harus yakin,” ucapnya.
Awal dari merintis usaha memang benar-benar menguras tenaga dan mental. Tak berhenti sampai di situ ayah dari empat orang anak ini terus mencari cara untuk membuat pakaian jadi yang dibuat bisa terjual habis. Dia menawarkan pakaian jadi tersebut kepada lingkungan tempat tinggal dan tetangga sekitar yang kemudian menyebar ke beberapa desa sekitar. Berkat kemampuannya yang baik, kegigihan dan ketekunan dalam menawarkan barang, tetangga menyukai hasil karya tangannya. Dari sinilah usaha yang dirintis mulai berjalan karena banyak tetangga yang memesan barang berupa pakaian jadi.
Berjalan sekitar dua tahun usaha ini mulai berkembang, tidak hanya baju yang disediakan tetapi juga menyediakan alat-alat rumah tangga dan kebutuhan rumah tangga lainnya. “Waktu itu tetangga pada mau beli tapi karena keadaan perekonomian yang tidak memungkinkan tetangga meminta sistem kredit atau cicilan. Gak cuma pakaian jadi mereka meminta kebutuhan rumah tangga juga, seperti ember, alat masak, dam kebutuhan dapur lainnya,” jelas Endin. Melihat dari keadaan, peluang dan permintaan yang bisa dimanfaatkan dia membuat usaha ini berjalan dengan sistem kredit atau cicilan.
Berjuang sendirian tak membuat pria kelahiran 1979 ini patah semangat. Berjalan kaki memikul tanggungan barang atau biasa disebut sunduk ia lakukan di bawah teriknya matahari dan guyuran air hujan, ini sudah merupakan makanan sehari-hari baginya. “Awal merintis usaha saya berkeliling jalan kaki, dari rumah ke rumah menawarkan barang. Panas-panasan, belum kalau hujan, tapi namanya perjuangan yang penting usaha dan doa hasilnya biar Allah yang tentukan,” ungkapnya. Tak membuat semangatnya turun dia terus berusaha mengembangkan usaha kredit ini dengan memperluas jangkauan. Berbekal keyakinan dan doa serta terus berusaha hingga bisa menggunakan sepeda sebagai alat transportasi usahanya.
Tak selalu berjalan mulus, bagai perahu diterjang ombak, usaha yang dirintis mengalami penurunan. Macet tagihan ditambah krisis moneter tahun 1998 membuat usaha kredit barang ini hampir berhenti sejenak karena harga-harga naik dua kali lipat dari biasanya. “Waktu itu sudah jalan beberapa tahun ada krisis moneter, harga semua naik dua kali lipat, kalau diteruskan malah akan semakin rugi. Jadi saya putuskan berhenti dulu menunggu stabil,” paparnya. Terpaksa memilih berhenti untuk mengamankan usaha kecilnya, usaha ini kembali berjalan setelah semua kembali stabil.
Kegigihan membawa usaha yang di rintis Endin berkembang dengan baik dan dipercaya banyak orang. Karena inilah usaha yang dirintis berhasil menarik tenaga bantuan meskipun hanya satu orang. Pada tahun 2000 usaha ini berhasil mempekerjakan satu orang tetangga yang bernama Mang Sarja. “Karyawan saya yang pertama itu Mang Sarja, dia yang menemani saya merintis usaha,” paparnya. Mang Sarja inilah yang menjadi saksi mata jatuh bangunnya pria ini dalam merintis usaha. Endin mengajari langsung Mang Sarja berdagang, berkeliling membawa tanggungan, mengajari tahap demi tahap dengan telaten hingga bisa dilepas berdagang sendiri.
Pada tahun ketiga usaha kredit ini menambah pegawai yakni Mang Usin, pegawai kedua setelah Mang Sarja. “Tahun ketiga nambah lagi satu orang, namanya Mang Usin, masih tetangga juga, dan alhamdulillah sampai hari ini ada sekitar 7 orang pegawai yang berdagang termasuk Mang Sarja dan Mang Usin yang masih setia bersama saya hingga saat ini,” ungkapnya.
Saksi mata dalam proses berkembangnya usaha Endin tentu saja tidak pernah lepas dari orang-orang terdekatnya yakni ibunda. Yang senantiasa mendoakan, memberikan dukungan moral dan tidak henti-henti menjadi pundak tempat bersandar. Karena dia memulai usaha dari sejak bujangan sehingga dukungan dari ibundalah yang paling utama. Saat sudah menikah dukungan bertambah dari istri tercinta dan lengkap dari anak-anak tercinta sebagai motivasi beribadah dengan cara mencari nafkah dan mengabdi di masyarakat.
Usaha yang dibangun berkembang terus menerus, merembet pada usaha lainnya yang dengan berani dikembangkan. Ada sekitar tujuh usaha yang saat ini berjalan dengan baik yang dikembangkannya. Yakni jual beli alat dapur dan aneka kebutuhan rumah dengan sistem kredit, permodalan, mebel, furnitur, kerajinan hanger yang pemasarannya sudah keluar pulau Jawa, lahan pertanian dan juga perumahan. “Semua usaha yang saya kembangkan dilakukan semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT dengan cara mencari nafkah,” ucap Endin saat ditanyai motivasi dalam mengembangkan usahanya. Dengan usaha-usaha ini pula Endin membantu memberdayakan masyarakat atau membuka lowongan pekerjaan untuk masyarakat sekitar yang membutuhkan.
Ada banyak rintangan dan cobaan yang dihadapi selama merintis usaha sampai saat ini. “Musibah yang terberat adalah musibah yang dialami tahun 2019. Saat itu rumah tempat tinggal saya bersama keluarga habis terbakar beserta isinya. Belum dengan usaha yang lain ikut terbakar, kalau tidak ingat Allah SWT dan keluarga yang harus dinafkahi serta orang-orang yang menggantungkan hidupnya pada usaha saya, rasanya saya hampir menyerah,” jelas Endin dengan raut sedihnya. Bagaimana tidak membuatnya hampir menyerah, rumah tempat tinggal begitu pun dengan usaha furnitur dan mebel yang merangkap bersampingan dengan rumah tinggalnya terbakar. Tak hanya itu usaha kerajinan tangan hanger juga ikut terbakar karena lokasinya berdekatan dengan lokasi kebakaran.
Namun pohon dengan akar yang kuat tidak akan tumbang begitu saja. Semua yang habis terbakar ia ikhlaskan dan kemudian memulai kembali dengan sisa-sisa yang masih bisa dipakai. Menata kembali dan menyusun kembali dibantu dengan usaha dan doa yang tiada henti, dan dukungan dari banyak orang yang merasa terbantu kesejahteraan kehidupannya karena telah menyediakan banyak lowongan pekerjaan. Usaha yang sempat terhambat karena kebakaran perlahan-lahan bangkit dan lancar kembali. “Cita-cita saya tinggi, maka dari itu ketika jatuh saya berusaha dengan maksimal, tidak lupa diiringi dengan doa dan tawakal kepada Allah SWT,” tuturnya.
Seperti pohon yang dipupuk dan disiram dengan rutin, semua perjuangan terbayar dengan hasil yang saat ini dinikmati. Gubuk reyot yang dulu Endin tempati berubah menjadi rumah mewah bahkan sampai bisa membangun perumahan. Berjalan kaki merintis usaha kini berganti dengan beberapa kendaraan roda empat dan puluhan motor yang Endin berikan kepada semua karyawan untuk kelancaran usahanya. Usaha yang mulanya hanya kredit baju kini bertambah besar menjadi kredit berbagai macam kebutuhan termasuk furnitur. Belum dengan usaha-usaha lainnya seperti kerajinan tangan hanger dan pertanian.
Tidak hanya berwirausaha, kesibukan yang ia geluti sangatlah padat. Mengingat banyaknya usaha yang berjalan dan banyaknya karyawan yang berhasil disejahterakan. Endin masih ikut berdagang memasarkan barang dagangannya. Ia ikut andil dan berkecimpung langsung dengan semua usaha yang sedang berjalan padahal lebih dari mampu untuk mempekerjakan orang lain. “Apa yang dikuasai orang lain saya harus tahu dulu trik dan caranya,” katanya. Dasar pemikiran inilah yang membuat ia terus ikut andil bersama para karyawan di setiap usaha rintisannya padahal punya lebih dari cukup pegawai untuk menghandle pekerjaannya.
Di tengah kesibukan berwirausaha, pria berkulit sawo matang ini juga merupakan seorang guru ngaji yang mengajar Alquran, kitab dan ilmu agama lainnya. Kegiatan rutin mengajar diniyah dilakukannya sehabis magrib sampai pukul 8 malam dan sudah berjalan lebih dari 20 tahun. Kegiatan ini menjadi kegiatan yang paling disukai. Berinteraksi dengan anak-anak dengan mengajar mengaji dan ilmu-ilmu agama untuk anak diniyah selalu ia sempatkan. Tak hanya itu Endin juga merupakan kepala DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) di Desa Kertaharja. Perannya di bidang keagamaan juga tak kalah banyak dengan usaha yang dirintisnya. Menjadi ketua dari banyaknya tokoh agama di Desa Kertaharja membuat kesehariannya semakin padat.
Begitu banyak kegiatan yang dijalani setiap harinya. Pusing dan penat menjadi makanan yang setiap hari dirasakan di tengah kesibukannya. Lantas apakah yang ia lakukan ketika berada di titik lelah dengan semua kesibukannya? “Untuk merefresh pikiran, jiwa dan raga, saya biasanya membaca Alquran, salat duha dan salat tahajud,” tutur Endin.
Tiga kebiasaan yang selalu diterapkan Endin Zakariya juga bisa dijadikan tips dan saran untuk generasi muda yang sedang dalam proses berkembang. Selain tiga hal di atas ada beberapa tips dan amanat untuk kita semua para pembaca agar bisa sukses dan berkembang serta menjadikan usaha kita di dunia sebagai ibadah untuk bekal di akhirat kelak. Ia berpesan kepada generasi penerus bangsa dan anak didikannya di diniyah untuk tidak cepat lelah. Jatuh bangun adalah sebuah proses. Pilihannya ada pada kita untuk bangkit atau menyerah. Bagai perahu di tengah lautan, ombak adalah cobaan. Namun ombak pulalah yang mengantarkan kita ketepian. Dari sinilah kita bisa belajar bahwa cobaan yang kita hadapi bisa menghantarkan kita pada kebahagiaan.
Pemilik tujuh usaha sukses ini juga merupakan orang yang sangat disiplin waktu, kegiatannya yang padat setiap hari menekannya untuk membagi waktu dengan cermat agar bisa melakukan semua aktivitas tanpa tertinggal. Namun dia juga manusia biasa yang perlu istirahat. Istirahat baginya adalah waktu memikirkan, merenungkan dan mengingat Allah SWT melalui semua yang telah Allah SWT berikan. Atau biasa disebut tafakur dalam Islam. Tafakur ini dilakukan agar senantiasa bersyukur atas rahmat dan rezeki yang telah Allah berikan kepada kita.
Dia berpesan untuk senantiasa mengamalkan ilmu yang kita miliki. Membagi kepada orang lain agar menjadi manfaat bagi diri kita dan juga orang lain. Ilmu ini juga bisa menjadi amalan yang terus mengalir untuk bekal kehidupan kekal di akhirat. Tak hanya omong kosong belaka, ucapan Endin tentang ilmu dibuktikan dengan pengabdian setianya menjadi guru ngaji selama puluhan tahun, secara ikhlas dan sukarela. Tak berhenti di situ, di tahun ini Endin mendirikan pondok pesantren yang dibantu warga sekitar untuk lebih memaksimalkan perjuangannya mencari ridho Allah SWT. ”Kita hanya perlu yakin dan mau berusaha, tekadkan semua usaha sebagai ibadah lalu bertawakal, biar hasil Allah yang tentukan, karena usaha kita tidak akan menghianati hasil,” pungkasnya.
Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Menyukai ini:
Suka Memuat...