SERIKATNEWS.COM – Franz Kafka, novelis sekaligus cerpenis yang tinggal di Praha dan menulis dengan bahasa Jerman. Ada dua novel karya fenomenalnya, yaitu Surat untuk Ayah dan Metamorfosis.
Kedua buku tersebut, menurut Sigit Susanto selaku penerjemah, merupakan karya autentik tentang hubungan dirinya dengan orang tuanya. Hal tersebut dia sampaikan dalam diskusi online Bedah Buku Surat untuk Ayah dan Metamorfosis; Franz Kafka, Kamis (29/12/2022). Sigit juga mengatakan bahwa karya Kafka termasuk dalam jenis sastra realis yang bernuansa delematis.
Lebih lanjut dalam diskusi yang sama, menurut sastrawan Triyanto Triwikromo, ada satu corak yang terdapat dalam kedua karya tersebut, yaitu keterkurungan. Kafka hidup di bawah tekanan ayahnya yang membuat dirinya merasa terpenjara. Hal itu dapat dibaca dalam karya Surat untuk Ayah, yang menggambarkan perasaan ketakutan dan ketertindasan Franz Kafka.
Triyanto menganggap surat itu adalah bentuk pemberontakan. Meskipun Kafka sosok yang pemalu, dia menolak untuk bisu. “Sebenarnya Kafka ingin lepas dari ‘penjara’. Penjara yang bersifat metaforis,” paparnya.
Corak keterkurungan dalam penjara juga terdapat dalam karya kedua, Metamorfosis, yaitu berupa perasaan jijik terhadap dirinya sendiri yang terpenjara dalam tubuh kecoa. Kemudian pada akhirnya, Gregor Samsa, tokoh dalam karya tersebut, memilih untuk dianggap mati meskipun dia masih hidup.
Tak hanya tentang keterkurungan, menurut Triyanto, Kafka juga terobsesi pada pembebasan. Hal itu dapat ditemukan dalam karya lainnya, seperti The Trial Proses, yang menceritakan tentang usaha Josef K untuk membebaskan diri dari peradilan sesat.
Lebih dalam lagi, Anton Kurnia, sastrawan dan penerjemah, menjelaskan bahwa karya Kafka merupakan pertentangan antara individu dengan keluarga dan masyarakat. Ayahnya adalah seorang pedagang, berbeda dengan Kafka, seorang seniman.
Dia menganggap pekerjaan normal tak jauh berbeda dengan profesinya dan mengharuskan Kafka agar seperti dirinya. Kondisi tersebut mengakibatkan Kafka teralienasi dari dirinya sendiri.
“Karya Kafka bercerita tentang seseorang yang bertempur dengan apa yang ingin dia lakukan dan apa yang harus dia lakukan,” terang Anton. Tulisannya berasal dari perenungan dan pencarian makna nilai-nilai di dunia yang absurd.
Pada akhirnya, mau tak mau dia harus bekerja di perusahaan asuransi meskipun keinginan terbesarnya adalah menulis. “Kafka adalah tentang bagaimana individu teralienasi, terpenjara, kemudian dia mencari makna,” pungkas Anton.
Kontributor Serikat News Daerah Istimewa Yogyakarta