SERIKATNEWS.COM – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Poros Sahabat Nusantara kembali menggelar webinar seri 3 dalam kegiatan “Pesantren Bhineka Tunggal Ika”. Kegiatan berlangsung dengan berkolaborasi bersama 34 organisasi yang tersebar di seluruh daerah dan masyarakat sipil untuk persaudaraan dan perdamaian.
Webinar yang berlangsung dalam momentum Hari Pahlawan yang bertemakan “Membingkai Perjuangan Pahlawan Untuk Memperkokoh Semangat Nasionalisme”. Yang menarik dalam kegiatan pada Sabtu, 13 November 2021 via Zoom Meeting, para narasumber semuanya berangkat dari kalangan santri. Di antaranya, Dr. Abdul Syukur, M.Hum (Ketua Umum Perkumpulan Program Studi Pendidikan Sejarah se-Indonesia), Ecep Swardaniyasa Muslimin, M.Si. (GM Gathering & Production tvOne/Redpel tvOnenews.com), dan R. Imron Amin, S.H, M.H. (Anggota DPR RI Komisi I).
Dalam sambutannya, Ketua DPP POSNU, Elina Dian Karmila, S.Sos.I., M.Pd mengatakan bahwa meskipun kegiatan-kegiatan belajar online mulai membosankan di kalangan anak muda, tetapi para audiens masih tetap konsisten sejak seri 1 digelar hingga seri 3 “Pesantren Bhineka Tunggal Ika” saat ini.
Dalam kesempatan ini, dia juga menyampaikan bahwa kemajuan teknologi menjadi salah satu sebab terjadinya degradasi semangat nasionalisme anak bangsa. Sehingga kegiatan ini selain diharapkan memberikan wawasan keilmuan baru, juga menjadi refleksi dari semangat perjuangan para pahlawan untuk tetap menjaga keutuhan dalam berbangsa dan bernegara.
Abdul Syukur sebagai narasumber menyampaikan, pada dasarnya jika kita menelaah sejarah bangsa Indonesia yang menyatukan bangsa ini bukan akibat dari penjajahan Belanda, Jepang dan sekutu. Namun, semangat keislamanlah yang menyatukan bangsa ini.
Dia menambahkan, sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada dasarnya banyak dipengaruhi oleh kalangan santri. Namun, sangat disayangkan perjuangan santri banyak yang tidak tercatat, sehingga seolah-olah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia didominasi oleh elite modern.
Ecep Swardaniyasa dalam webinar ini menyampaikan, di era disrupsi yang ditandai dengan kemajuan teknologi, tentunya jika tidak mampu mengelaborasi antara kemajuan teknologi dan realitas kehidupan hari ini, tentunya menjadi problem pada nilai-nilai nasionalisme.
Menurutnya, potensi ancaman perang hibridasi sangat nyata. Oleh karena itu, kita harus mampu memfilter setiap informasi yang kita serap melalui media sosial. Pihaknya juga mengatakan, dalam rangka mempertahankan semangat nasionalisme, santri khususnya generasi muda dapat memahami dan ikut serta memberikan kontribusi dalam isu-isu nasional dan global.
Masih senada tentang santri, Imron Amin menuturkan santri yang juga memiliki kontribusi besar terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia tidak pernah menuntut apa pun dari bangsa Indonesia. Hal ini karena kecintaan santri terhadap bangsa Indonesia.
Namun demikian, kemajuan teknologi terkadang menjadi ancaman terhadap adab para santri jika santri gagal memilah dan memilih setiap informasi dan ilmu yang diserap melalui media sosial.
Beliau juga mengutip satu hadis, “Kalian telah pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran besar. Lantas sahabat bertanya, “Apakah pertempuran akbar (yang lebih besar) itu wahai Rasulullah? Rasul menjawab, “jihad (memerangi) hawa nafsu.” Dan hal ini senada dengan apa yang dipekikkan oleh Bung Karno, Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...