Habis Gelap Terbitlah Terang adalah buku kumpulan surat yang ditulis oleh Kartini untuk teman-temannya di Eropa. Kumpulan surat ini dibukukan oleh J.H Abdendanon yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda. Raden Ajeng Kartini menjadi refleksi perjuangan kaum wanita di masanya. Di mana tuntutan dalam emansipasi wanita pada sosial masyarakat untuk mendapatkan hak bicara, hak pendidikan dan hak hidup diperjuangkan pada masa Hindia Belanda. Kartini menjadi inspirasi generasi berikutnya dalam memperjuangkan nasib dan hak perempuan selanjutnya. Dari tuntutan emansipasi wanita dalam pemenuhan hak dasar ini atau “human rights” kala itu, berkembang pada tuntutan kesetaraan gender dalam bentuk tindak nyata wanita dalam kehidupan. Kesetaraan gender sendiri mengandung pengertian suatu keadaan yang setara antara pria dan wanita dalam hak (hukum dan politik) dan kualitas hidup adalah sama. Sedangkan Gender diartikan sebagai pembedaan dalam peran, atribut, sifat, sikap bahkan perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, yakni peran gender tersebut menjadi peran produktif, peran reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan.
Hal ini terbukti pada masa sekarang ini banyak wanita yang tidak hanya sekedar di dapur, melainkan mulai berkarier melalui berbagai macam cara dan di berbagai bidang. Buktinya pada masa Kabinet Sjahrir II tahun 1946 Indonesia mempunyai Menteri wanita pertama, yaitu Mr. Hj. Raden Ayu Maria Ulfa atau Maria Ulfah Santoso atau Maria Ulfah Soebadio Sastrosatomo sebagai Menteri Sosial pertama Indonesia dan di tahun 2001 Indonesia mempunyai Presiden wanita pertama yaitu Hj. Megawati Soekarno Putri, bahkan pemerintahan kabinet kerja saat ini sebagian besar posisi menteri di beberapa kementerian adalah perempuan. Hal ini membuktikan bahwa wanita mampu mengubah segala aspek dan pandangan. Lalu apakah perjuangan Kartini masa kini sudah selesai? Jawabannya “belum selesai”.
Pada era Globalisasi dan perkembangan teknologi digital saat ini membuat banyak perubahan dalam kelangsungan hidup di masyarakat. Perkembangan ini menjadi salah satu perubahan yang dapat mengubah gaya hidup masyarakat, interaksi sosial hingga ekonomi. Kartini masa kini mempunyai segudang tanggung jawab yang harus segera ditindaklanjuti dan diselesaikan. Poin pertama adalah deradikalisasi, sebab perempuan saat ini memiliki peran penting dan signifikan dalam konteks deradikalisasi sejak dini. Peran perempuan sebagai Ibu di keluarga mempunyai peranan dalam mendidik anak-anaknya untuk menanamkan benih toleransi serta mengajarkan nilai–nilai kebangsaan dan keagamaan–ilmu ini adalah ilmu dasar (basic) dalam tumbuh kembang si anak pada interaksi sosial di masyarakat. Akibat dari pengaruh globalisasi serta kemajuan teknologi digital saat ini mengubah generasi saat ini dalam bertingkah laku sosial di masyarakat, mereka cenderung tidak mempunyai ilmu dasar yang kuat sehingga sangat gampang terpengaruh ideologi luar.
Ilmu dasar yang tidak dikuasai ini, baik ilmu agama maupun tentang kewarganegaraan atau nilai–nilai kebangsaan. Salah satu contohnya yang masih menjadi masalah saat ini adalah penggiringan opini dari kelompok radikal bahwa Pemerintahan berbasis Pancasila sudah gagal (biasanya kelompok ini menyebutkan fakta–fakta mutakhir yang mereka buat dalam video atau tulisan ringan dengan gaya bahasa generasi millenial. Video atau tulisan tersebut dapat segera di-upload di media sosial atau pun diviralkan pada grup–grup percakapan. Serta memberikan referensi sejarah tentang kejayaan khilafah di masa lalu). Penggiringan opini pada generasi millennial ini diberikan pemahaman bahwa Pancasila harus diganti. Bila para remaja ini lemah dalam pemahaman agama dan kewarganegaraan serta nilai-nilai kebangsaan, biasanya akan mudah mengikuti kelompok ini. Sebab perlu diingat bahwa para generasi millenial sangat haus pengakuan dan popularitas pada komunitasnya.
Poin kedua adalah perjuangan pada Globalisasi dan Teknologi digital. Pada saat sekarang peran perempuan diakui mampu mengubah segala aspek yang masuk pada ranah publik, perubahan pada bidang pendidikan, ekonomi, sosial hingga politik telah terjadi. Artinya peran perempuan dalam memajukan bangsa dan negara melalui sumber daya manusianya diperhitungkan. Salah satunya dalam menghadapi tantangan revolusi industri ke 4.0 menjadi satu hal penting pada perempuan dalam pengembangan sumber daya manusia ke depannya.
Revolusi industri ke 4.0 ini ditandai dengan perkembangan teknologi manufaktur yang masuk pada tren otomatisasi serta pertukaran data yang mencakup cyber-fisik maupun internet of/for things, artinya akan lebih banyak kemudahaan serta keterbukaan informasi seluas-luasnya serta sebebas-bebasnya. Perubahan yang terjadi salah satunya akan semakin banyak aplikasi media sosial yang bermunculan untuk memudahkan interaksi dan penyebaran berita di dunia maya, sebagai ruang publik baru bagi pengguna internet. Seperti yang sudah saya jelaskan pada poin pertama, bahwa pengaruh globalisasi dan teknologi digital saat ini mampu mempengaruhi semua orang dalam berbagai aspek di tatanan hidup ekonomi, politik serta tatan sosial.
Dalam perkembangan globalisasi dan teknologi digital, perempuan dituntut untuk lebih aktif dalam pengembangan dirinya dan mampu mengikuti perkembangan generasi muda yang kita kenal sangat dekat dengan teknologi digital. Seperti yang kita ketahui bahwa kemajuan teknologi digital pada bidang media sosial serta dampak globalisasi mampu membuat generasi millenial sangat gampang terpengaruh sehingga peran perempuan sebagai Ibu pada keluarga khusunya, dianggap sebagai pondasi dalam membentuk karakter anak bangsa. Pembentukan karakter anak bangsa ini bisa berupa deradikalisasi sejak dini serta mengarahkan generasi muda saat ini dalam penggunaan media sosial yang cerdas. Mari menjadi Kartini masa kini yang tangguh, berbudaya serta mampu menghadapi tantangan zaman di masa yang akan datang.
Pemimpin Umum serikatnews.com