SERIKATNEWS.COM – Sejak 10 November 2017 yang lalu, pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Lafran Pane resmi ditetapkan menjadi pahlawan nasional oleh Presiden Joko Widodo. Kabar tersebut mendapat apresiasi keluarga besar HMI dan KAHMI di seluruh Indonesia.
Hal tersebut juga mendorong Himpunan Kampus Indonesia menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Refleksi Lafran Pane Sebagai Pahlawan Nasional” di Aula Kantor DPD RI DI. Yogyakarta, (3/3/2019).
Menurut Herman Kurniadi, selaku ketua panitia menyatakan kegiatan ini menghargai jasa pahlawan nasional Indonesia dan menjaga semangat kesahajaan dan Intelektual Lafran Pane yang harus terus disebarkan ke generasi yang akan mendatang.
Menurutnya, banyak yang belum mengetahui sumbangsih Lafran Pane dalam memajukan negeri pasca-proklamasi. Padahal pemikirannya menjadi peletak dasar pergerakan organisasi mahasiswa Islam yang moderat di Indonesia.
“Kontribusi pemikiran Keislaman dan Keindonesiaan telah membuat kita tidak kaku dalam memahami Islam,” katanya.
Hadir sebagai narasumber Penasehat MN KAHMI Akbar Tanjung, Staf Khusus Presiden RI Bidang Keagamaan Internasional, Siti Ruhaini Dzuhayatin serta Tokoh Pejuang Mahasiswa Islam dari Sumatera Utara, Marzuki Simatupang.
Akbar mengatakan Lafran Pane mendirikan HMI pada waktu itu untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam.
“Pikiran-pikiran beliau sangat visioner dan strategis untuk membangun mahasiswa Islam sehingga organisasinya bisa diperlihatkan dengan suasana keagamaann dalam spirit Keislaman dan keindonesiaan” imbuhnya.
Menurutnya, ketika kunjungan Presiden Joko Widodo di kediamannya dalam acara Dies Natalis HMI ke 72, Akbar menyampaikan ke Presiden bahwa Pak Lafran Pane itu alumni UGM, karena beliau ikut Wisuda pertama kali di UGM.
“Waktu sebelum tamat dari STI, Lafran Pane termasuk salah satu mahasiswa yang pertama kali lulus UGM untuk mencapai gelar sarjana pada tanggal 26 Januari 1953,” imbuhnya.
Siti Ruhaini Dzuhayatin dalam pemaparannya menyampaikan bahwa Wasathiyat Islam itu adalah Islam Nusantara yang berkemajuan dan Keindonesiaan. Ide Keindonesiaan ini lahir dari semangat Lafran Pane sebagai pendiri HMI asal Sumatera Utara yang merupakan daerah dengan karakter inklusif dan multikultural.
“HMI ini menjadi elemen penting dalam Wasathiyat Islam, yakni pertama dalam membangun Keindonesiaan sebagai wujud negara bangsa dan kewarganegaraan. kedua, HMI memiliki orientasi yang strategis terutama dalam aspek modalitas intelektual dan politik,” katanya.
Menurutnya, perantauan Lafran Pane ke Yogyakarta bertemu budaya Jawa yang inklusif dan multikultur telah menginspirasi beliau untuk membangun karakter HMI yang inklusif, terutama komitmennya dalam keislaman dan keindonesiaan.
“Kedua karakter ini telah mengisi ruang strategis umat Islam yang di dorong dengan tradisi intelektual yang bersifat organik yang kini tumbuh di HMI,” imbuhnya.
Marzuki Simatupang, mengatakan bahwa refleksi Lafran Pane ini mengajak kita untuk Menjadi Indonesia. Semangat Keislaman dan Keindonesiaan itu harus terus bersama kita rawat.
“Perjuangan Lafran Pane itu untuk Menjadi Indonesia harus diperjuangkan dan dilestarikan,” pungkasnya.
SerikatNews.com adalah media kritis anak bangsa. Menyajikan informasi secara akurat. Serta setia menjadi platform ruang bertukar gagasan faktual.
Menyukai ini:
Suka Memuat...