SERIKATNEWS.COM – Sumatra Barat dengan berjuta cerita di dalamnya. Padang kota tercinta adalah salah satu slogan yang sering didengar pada provinsi ini. Banyak tradisi yang menjadi gelak tanya para pengunjung atau para pendengar yang baru saja mengenalnya.
Sebagian besar orang belum mengetahui, bahkan mereka menyamakan bahwa orang Minang sebagai orang Padang. Mereka hanya merujuk kepada nama ibu kota provinsi Sumatra Barat yaitu Padang. Namun, yang perlu diketahui masyarakat ini biasanya menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, yang bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri.
Menurut A.A. Navis, Minangkabau lebih kepada kultur etnis dari suatu rumpun Melayu yang berkembang karena sistem monarki serta menganut sistem adat. Sejak masa pra-Hindu, masyarakat ini telah menerapkan sistem proto-demokrasi. Mereka melestarikan tradisi musyawarah adat untuk menentukan permasalahan hukum ataupun hal-hal penting lainnya.
Prinsip adat Minangkabau tertuang dalam pepatah adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Alquran). Artinya, adat yang berlandaskan ajaran Islam. Pada saat ini, masyarakat Minang merupakan masyarakat penganut matrilineal terbesar di dunia.
Bercerita tentang Sumatra Barat, mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita semua, tapi ada satu desa yang layak untuk di-eksplore. Sebuah perkampungan yang terletak di lereng gunung Merapi, disebutnya dengan Desa Pariangan yang berada di Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.
Dikutip dari GNFI, desa ini menjadi salah satu desa terindah di dunia. Warisan leluhur dan keasrian desa masih terjaga sehingga menjadi ciri dan identitas budaya Sumatra Barat. Perkampungan sejuk yang berlokasi di lereng Gunung Marapi ini mampu bersanding dengan keindahan Desa Wengen dari Swiss, Desa Eze dari Prancis, Niagara on The Lake di Kanada, serta Desa Cesky Krumlov dari Republik Ceko.
Kabar ini juga dirilis seluruh media beberapa tahun silam, dan berdampak bagus pada Nagari tersebut. Tak hanya turis lokal, tapi turis dari mancanegara pun kerap mampir di sini. Bahkan saat pelaksanaan Tour de Singkarak—event balap sepeda internasional–Nagari Pariangan ini tak luput menjadi salah satu destinasi masyarakat internasional.
Bagi yang ingin mampir, Nagari Pariangan dapat ditempuh sekitar tiga jam dari Padang, Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat. Nagari seluas 17.92 km 2 berjarak sekitar 14 km dari Kota Batusangkar, Ibukota Kabupaten Tanah Datar.
Secara administratif, Nagari yang dihuni sekitar 6.479 jiwa berada di bawah Kecamatan Pariangan. Posisi Pariangan di bawah lereng Gunung Marapi, sebuah gunung api aktif yang memiliki ketinggian 700 m di atas permukaan air laut. Ketinggian inilah yang menjadikan udara di nagari cukup sejuk.
Tidak hanya itu, di sana juga berdiri kokoh masjid besar yang berusia ratusan tahun. Majid itu tidak lain adalah Masjid Ishlah. Gaya arsitekturnya adalah Dongson ala Dataran Tinggi Tibet, tentu menggambarkan kala itu peradaban Minangkabau sudah maju.
Bolehlah bersama-bersama mampir ke desa ini, pasalnya di desa ini pun terdapat bangunan rumah gadang dengan dinding terbuat anyaman rotan. Ukiran kayu sebagai ciri khas bangunan di Sumbar. Rumah gadang di sana berbentuk seperti Balairung Sari Tabek atau Rumah Gadang tertua di Minangkabau, Rumah Gadang Dt. Bandaro I, Rumah Gadang Dt. Rangkayo Sati, Masjid Tuo Pariangan, serta Monumen Api Porda.
Menyukai ini:
Suka Memuat...