Ditekannya kembali tombol start. Diinjaknya kembali pedal rem. Dilepasnya kembali secara bersamaan. Tak berhasil. “Sekali lagi,” tekadnya lirih. Kali ini mulutnya komat kamit melafalkan sesuatu. Diinjaknya kembali pedal rem. Ditekannya kembali tombol start. Dilepasnya kembali. Sia-sia …
***
Life is a series of unexplained events. Setiap kali ada peristiwa yang terjadi di luar dugaan, ungkapan itu lumayan mengingatkannya untuk bersabar. Tetapi, mogok tiga kali berturut-turut dan terjadi setiap minggu? Mobil secanggih itu? Tak ada yang bisa ia lakukan. Semua ini betul-betul di luar kendalinya.
Di SPBU itu, dibiarkannya mobil hitam kesayangannya berdiam diri. Petugas SPBU sigap memasang cone oranye agar mobil lain tak nyaring dengan klakson mereka. Ia jinjing tas, laptop, ia cek kembali dompet, handphone, STNK kemudian beringsut menuju kedai kopi yang berada di muka SPBU.
“Lumayan ruangan ber-AC, nggak panas-panasan lagi,” batinnya menghibur diri membandingkan peristiwa sepekan sebelumnya ketika mobil yang sama mogok di kompleks pertokoan yang padat, panas, dan berdebu. Aroma kopi hitam dan pastry yang sedang dihangatkan di dalam microwave menyeruak ke sudut-sudut kedai berukuran 3×5 meter. Seorang lelaki bertubuh tambun asyik memainkan game PUBG. Niatnya semula ingin menangis di kedai kopi itu, jadi urung.
Seperti yang sudah-sudah, ia hanya punya dua pilihan. Menunggu keajaiban mesin mobil hitam yang baru 4 bulan dikirim dari dealer resmi Jakarta dapat di-starter kembali atau menunggu mobil towing untuk membawa kembali mobilnya ke dealer. Jari jemarinya mulai scroll berita-berita di Twitter. Sesekali ia lemparkan pandangan ke mobilnya yang lumpuh tak terkunci.
“MUI keluarkan fatwa haram golput” bunyi sebuah headline di media online. “Ah semua-muanya diharamkan. Memilih untuk tidak memilih bagiku itu sebuah pilihan,” gerutunya.
Judul berita lainnya, “MUI akan keluarkan fatwa haram game PUBG. Hingga kini masih dalam kajian”. Ahhh sekalian saja keluarkan fatwa haram untuk dealer yang tidak maksimal aftersales-nya, gerutunya lagi. Jengah, ia letakkan handphone di meja kecil di hadapannya. Si lelaki tambun tengah menyeruput minuman dinginnya. Ia palingkan pandangan ke suasana SPBU yang cukup padat siang itu. Mogok persis di salah satu dispenser SPBU membuat 3 jalur antrean lainnya padat, silih berganti mobil mengantre.
“Kakak Tiara? Hot macchiato?” panggil barista. Menyerahkan pesanannya sambil tersenyum, ia berujar, “Have a good day, Kak.” Di dada kanannya tertulis nama, Benny.
“Terima kasih, Benny,” jawab Tiara.
Have a good day? Kalimat klise, generik, normatif. Tetapi, mendengarnya di saat seperti ini terasa melegakan, seperti saat memanggang soufflé dan menyaksikannya mengembang semmpurna di dalam oven. Cara Benny menyampaikannya pun terdengar tulus, tak menghilangkan pengaruh kalimat itu sendiri akibat terlalu sering digunakan. Jadi ingat tulisan di tembok kantor lamanya, Words, it isn’t what you say, but how you say it! Kembali ke tempat duduknya, ternyata ia tak lagi melihat si lelaki tambun. Kursinya kosong. Mengemasi barang-barang, menuju pintu keluar kedai, matanya menangkap dua tong sampah bertuliskan organik dan nonorganik. Rupanya si lelaki tambun asal saja meletakkan sampahnya di tutup tong sampah. Huh, malas amat.
Entah kekuatan macchiato atau memang mobil hitamnya telah cukup merajuk, akhirnya mesin dapat di-starter kembali. Suara serak Olly Murs melantunkan “Grow Up” langsung menggema ke seantero kabin, menemani Tiara yang siang itu memilih jalan alternatif sesuai instruksi Google Map. Benar saja, jalanan cukup lengang meski sedang ada pekerjaan proyek LRT.
Sebuah SMS muncul di layar sentuh berukuran 7 inci yang terletak di tengah dashboard. Pesan dari mekanik dealer menanggapi keluhannya. “Ibu Tiara. Kami akan melakukan pengecekan kembali, kemungkinan gangguan pada transmitting sinyal dari kunci yang tidak terdeteksi oleh receiver.” Lagi-lagi pihak dealer curiga penyebab kerusakan pada kunci. Feeling Tiara mengatakan, bukan. Bukan itu masalahnya.
Di tengah pergumulan tentang masalah pada mobil hitamnya yang tak kunjung terurai itu, tiba-tiba seorang lelaki pekerja proyek bangunan nekat menyeberang. Eh dia berhenti di tengah jalan. Melambaikan tangan. Belum sempat mengumpat karena kaget, menyusul di belakangnya tiga pekerja dengan sepatu boots warna merah setinggi lutut dan helm proyek warna serupa, berperawakan ceking, berlari kecil menyeberang sambil mendorong gerobak, mereka tertawa. Ada yang tertawa ke arah Tiara, ada yang tersenyum sambil menundukkan kepala seolah bilang permisi, ada yang cekikikan. Tiara ikut tersenyum melihat polah para pekerja itu. Bibirnya yang merah mengembang menarik kedua lesung pipinya, menyipitkan matanya yang lentik. Mobil mogok, tak ada apa-apanya dibanding yang baru saja ia saksikan. Rasa syukurnya meresap sampai ke ulu hati. “Have a good day,” andai ia bisa menyampaikannya langsung ke para pekerja itu.
Penulis adalah News Presenter BeritaSatuTV dan Tenaga Ahli DPR RI, Jakarta
Mahasiswi Program Doktor Ilmu Kriminologi UI
Baru-baru ini meluncurkan buku Kumpulan Cerpen; Apple Strudel
Chat Nastiti untuk informasi lebih lanjut melalui Twitter/Instagram @nastitislestari
Menyukai ini:
Suka Memuat...