Kiai
I
Hanya bila liburan tiba kiai
Harap yang sangat menjadi tekad
Untuk menatap engkau lamat memastikannya dalam keadaan sehat
Inginku segera memohon maaf atas segala khilaf
Juga menyudahi dahaga dengan menyedu wejangan nasehat
Biar jiwa yang karat kembali sehat bermartabat
Raga yang kian tumbang tegar kembali menjadi hebat
Jelas perihal ini aku butuhkan setiap saat
Namun nyatanya
Hanya bila liburan tiba kiai,
Ada sempat untuk kembali berkhidmat
Menyempurnakan kenangan yang begitu singkat
Hingga abadi kuingat sampai akhir hayat
II
Bila ku ukur jarak tempuh
Mustahil langkah berpijak menemuimu setiap waktu
Namun kelabat bayangmu adalah candu
Ada dalam khayal juga rindu
Tanpa ragu juga kaku, dengan lantang semesta mengaku
Bahwa engkau adalah guru dari murid-muridmu
Yang mesti ditiru juga diguguh
Terima kasih..
Engkau telah membanjiri kita dengan ilmu
III
Sebelum sepi membalut diri
Perkenan aku berpetualangan kiai
Mencari potongan huruf juga abjad yang belum sempat aku kaji
Biar seutuhnya kugapai mimpi, menjadi berarti dan memuaskan hati
Al-Amien Dalam Doa
Al-Amien
Doaku padamu
Melebur mengalir tiap waktu
Seperti ucap tanpa bisu
Doaku padamu adalah utuh
Melantun tenang tanpa kaku, pun
Derai tangis melaut tanda haru
Doaku padamu adalah luruh
Mengakar menelusup dalam sendi tubuh
Ruh jiwamu adalah hidupku
Menuju bahagia yang berlaga merdu
Al-Amien dalam jarak jauh
Inginku memelukmu penuh nafsu
Perihal Diri
Terlalu dini untuk memanusiakan diri
Sebab ia masih bayi, suci putih tak ternodai
Meski seketika mati, surga adalah tempat peristirahatan yang abadi
Bersemayam tenang bersama para Nabi
Padahal ia hanya berhalusinasi, hidup berfantasi
Hakikatnya ia tidak punya jati diri yang pasti
Sedemikian hari ia memaki waktu
Namun sesekali ia mengadu juga mengeluh
hatinya luruh menangis haru
ia labuhkan jiwa raganya yang angkuh
Pada ke Maha Besaran-Mu yang utuh
Tasbih, tahmid, takbir ia lantunkan dengan merdu
Sebab ia bukan budak nafsu
Diam-diam ia bercengkerama dengan Tuhan
Duduk bersimpuh mencari jalan kebenaran
Menghamba menyesali perbuatan
Semoga segala maafnya Tuhan ampunkan
Segala hajatnya Tuhan kabulkan
Dan semesta mengaminkan
Rasa bimbang dan ketidakpantasan yang berulang kali datang
ia runtuhkan
Demi keabadian surga yang menjanjikan
Rimbun Luka
Dari Rahim senja lahir debur rasa
Meraja lela dalam hikayat cinta
Namun itu hanya petuah kata yang berpura-pura mesra di bilik telinga
Berbisik menabur suka seketika sirna berbuah luka
Pekat lekat diingat
Sebelum senja menjemput gelap
Ada serumpun hasrat yang memikat
Tersirat lalu berkhianat
Tanpa harus terucap dan tersurat
Maka enyahlah
Untuk memulihkan hati yang berkarat
Hingga temu kembali beradu di titik kalender yang tepat
Azizatul Qoyyimah, lahir di Batang-Batang Sumenep, anak pertama dari 2 bersaudara. Alumni TMI dan IDIA Prenduan Sumenep. Dan sekarang berdomisli di pondok pesantren Qotrun Nada Cipayung Jaya Cipayung Depok sebagai guru pengabdian.
Menyukai ini:
Suka Memuat...